LAPORAN KERJA PRAKTEK
UJI KANDUNGAN BORAKS DAN FORMALIN PADA MAKANAN BULAN RAMADHAN KOTA PALEMBANG
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
OLEH
ISNAINI FAUZIYAH
08041181320022
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016
LEMBAR PENGESAHAN
UJI KANDUNGAN BORAKS DAN FORMALIN PADA JAJANAN BULAN RAMADHAN KOTA PALEMBANG
PROPOSAL KERJA PRAKTEK
Sebagai syarat untuk melaksanakan Kerja Praktek
Oleh
ISNAINI FAUZIYAH
08041181320022
Inderalaya, 20 Mei 2016
Mengetahui,
Ketua Jurusan Biologi Dosen Pembimbing
FMIPA UNSRI
Dr. Hanifa Marisa, M.Si Drs. Erwin Nofyan, M.Si
NIP.196405291991021001 NIP.195611111986031002
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan nikmat karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan proposal kerja praktek ini tepat pada waktunya. Dalam penyusunan proposal kerja praktek ini, saya mengalami banyak kesulitan, namun berkat dukungan dan kerja keras saya dapat mengerjakannya. Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing KP saya Drs. Erwin Nofyan, M.Si. beserta Drs. Endri Junaidi, M.Si yang telah membantu dan membimbing saya dalam pembuatan proposal Kerja Praktek tahun ini. Adapun proposal kerja praktek ini dibuat sebagai syarat untuk melaksanakan kerja praktek.
Penyusunan proposal kerja praktek ini tentunya masih terdapat banyak kekeliruan dan kekurangan. Oleh karena itu, besar harapan saya kepada dosen pembimbing saya agar dapat memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun, supaya penyusunan proposal kerja praktek dan pada saat pembuatan laporan selanjutnya saya dapat menjadi lebih baik lagi. Lebih dan kurangnya saya meminta maaf. Saya ucapkan terimakasih.
Indralaya, 18 Mei 2016
Isnaini Fauziyah
DAFTAR ISI
COVER .....................................................................................I
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................II
KATA PENGANTAR ..................................................................................III
DAFTAR ISI ..................................................................................IV
BAB 1 PENDAHULUAN .....................................................................................1
1.1 Latar Belakang .....................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................3
1.3 Tujuan Kerja praktek .....................................................................................3
1.4 Manfaat Kerja Praktek .....................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................4
2.1 Pengertian Boraks .....................................................................................4
2.2 Karakteristik Makanan Mengandung Boraks ....................................................4
2.3 Dampak Pengonsumsian Boraks Terhadap Kesehatan ...................................5
2.3 Metode Analisis Kandungan Boraks dalam Makanan ...................................5
2.4 Pengertian Formalin .....................................................................................5
2.5 Karakteristik Makanan Mengandung Formalin ...............................................6
2.6 Dampak Pengonsumsian Formalin Terhadap Kesehatan .................................7
2.7 Metode Analisis Kandungan Formalin dalam Makanan .................................8
2.8 Penyebab Penggunaan Boraks dan Formalin dalam Makanan ..........................9
BAB 3 DESKRIPSI TEMPAT KERJA PRAKTEK ..........................................8
3.1 Gambaran Umum Dinas Kesehatan Kota Palembang ......................................8
3.2 Visi, Misi, Motto, dan Nilai Dinas Kesehatan Kota Palembang .......................9
3.3 Tujuan Dinas Kesehatan Kota Palembang .......................................................11
3.4 Sasaran Strategis Dinas Kesehatan Kota Palembang ......................................12
BAB 4 METODE KERJA PRAKTEK ..............................................................13
4.1 Waktu dan Tempat ...................................................................................13
4.2 Alat dan Bahan ...................................................................................13
4.3 Cara Kerja ...................................................................................13
4.3.1 Identifikasi dengan Pengamatan Langsung di Lapangan .............................13
4.3.1.1 Uji Formalin Menggunakan Quantofic Formaldehyde Test Kit ..............13
4.3.2 Identifikasi dengan Pemeriksaan Laboratorium ...........................................13
4.3.2.1 Uji Formalin Menggunakan Kit formalin Mcolortest ...............................14
4.3.2.2 Uji Boraks Menggunakan Kit Boraks .......................................................14
4.3.2.3 Uji Boraks dengan menggunakan pereaksi HCL pekat dan NaOH ..........14
4.4 Flow Chart ...................................................................................15
4.4.1 Identifikasi dengan Pengamatan Langsung di Lapangan .............................15
4.4.2 Identifikasi dengan Pemeriksaan Laboratorium ...........................................16
4.4.2.1 Uji Formalin Menggunakan Kit formalin Mcolortest dan Quantofic test kit ...16
4.4.2.2 Uji Boraks Menggunakan Kit Boraks dan pereaksi HCL pekat dan NaOH ...17
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................18
BAB 5 PENUTUP ..........................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................VI
LAMPIRAN ...............................................................................VIII
DAFTAR PUSTAKA
Aprilia, B, A. 2011. Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Makanan Jajanan Pada Anak Sekolah Dasar. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.
BPOM RI. 2004. Bahan Tambahan Ilegal–Boraks, Formalin Rhodamin B. Jakarta: Sistem Keamanan Pangan Terpadu.
Cahyadi, W. 2008. Bahan Tambahan Pangan.Analisis dan Aspek Kesehatan Edisi Kedua. Jakarta: Bumi Aksara.
Eddy, S. M., (2014). Tahu, Makanan Favorit yang Keamanannya Perlu Diwaspadai. Institute of Tropical Disease Universitas Airlangga. http://itd.unair.ac.id/index.php/health-news-archive/134-tahun. Diakses Tanggal 11 Mei 2016 Pukul 21:35 WIB.
Fadillah, A.Q. 2014. Definisi Penyakit Akut Dan Kronis Serta Perbedaan Keduanya. http://www.idmedis.com/2014/11/definisi-penyakit-akut-dan-kronis-serta.html. Diakses Tanggal 11 Mei 2016 Pukul 21:34 WIB.
Faradila et al. 2013. Identifikasi Formalin pada Bakso yang Dijual pada Beberapa
Tempat di Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 3(2):156-158 hlm
Habibah, T.P.Z. 2013. Identifikasi Penggunaan Formalin Pada Ikan Asin dan Faktor Perilaku Penjual di Pasar Tradisional Kota Semarang. UJPH. 3 (3): 1-12 hlm.
Handayani. 2006. Bahaya Kandungan Formalin Pada Makanan. http://kuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2008/10/formalin.pdf. Diakses Tanggal 11 Mei 2016 Pukul 21:35 WIB.
Kuku, I.Y et al. 2012. Uji Kandungan Boraks Pada Jajanan Kerupuk dengan
Menggunakan Air Kunyit dan Metode Flame. Paper. Gorontalo: Fakultas Ilmu Kesehatan dan Olahraga.
Nuryoto et al. 2011. Kinetika Reaksi Esterifikasi Gliserol dengan Asam Asetat Menggunakan Katalisator Indion 225 Na. Jurnal Rekaya Proses. 5 (2): 35-39 hlm.
Permenkes RI. 2002. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1168/Menkes/PER/X/1999 tentang Bahan tambahan makanan. Jakarta: Departemen Kesehatan.
Permenper RI. 2006. Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No. 24/MIND/PER/5/2006 tentang Pengawasan produksi dan penggunaan bahan berbahaya untuk industri. Jakarta: Departemen Perindustrian.
Pongsavee, M. 2009. Effect Of Borax on Immune Cell Proliferation and Sister
Chromatid Exchange In Human Chromosomes. Journal of Occupational
Medicine and Toxicology. 4(27): 1-6 hlm.
Puspasari, G dan Hadijanto, K. 2014. Uji Kualitatif Formalin Dalam Tahu Kuning Di Pasar “X” Kota Bandung Tahun 2014. Bandung: Universitas Kristen Maranatha.
Rarangnu, Y. 2013. Penyakit Gastritis dan Penyebabnya. http://eprints. undip.ac.id/44204/3/BAB_2.pdf. Diakses Tanggal 11 Mei 2016 Pukul 21:52 WIB.
Saparinto, C dan Hidayati. 2011. Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia.
Suntaka, D.F et al. 2014. Analisis Kandungan Formalin dan Boraks Pada Bakso Yang Disajikan Kios Bakso Permanen Pada Beberapa Tempat di Kota Bitung Tahun 2014. Paper. Bitung: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi.
Yulisa et al. 2014. Uji Formalin Pada Ikan Asin Gurami di Pasar Tradisional
Pekanbaru. JOM FK. 1(2): 1-12 hlm.
LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makanan merupakan kebutuhan yang paling penting untuk makhluk hidup khususnya manusia agar dapat tumbuh dan berkembang. Makanan mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral yang dibuat dalam berbagai bentuk oleh manusia menjadi mie, pempek, lontong, roti, keju, dan lain-lain. namun, dewasa ini banyak sekali penyalah gunaan yang dilakukan dalam produksi makanan, yakni dengan penambahan bahan-bahan berbahaya bagi kesehatan.
Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut. Istilah makanan jajanan tidak jauh dari istilah junk food, fast food, dan street food karena istilah tersebut merupakan bagian dari istilah makanan jajanan. Makanan jajanan atau street food adalah sejenis makanan yang di jual di kaki lima, pinggiran jalan, di stasiun, di pasar, tempat pemukiman serta lokasi yang sejenis. Makanan jajanan banyak sekali jenisnya dan sangat bervariasi dalam bentuk, keperluan, dan harga (Aprilia, 2011).
Banyak sekali industri makanan mulai dari homemade sampai industri besar yang mengedarkan produk-produk makanan ke daerah pasar tanpa melewati uji kandungan terlebih dahulu. Ini mengakibatkan banyak beredar makanan-makanan yang tidak layak dimakan beredar karena dari segi toksikologi mengandung bahan berbahaya. Beberapa yang telah beredar diketahui mengandung zat kimia boraks dan formalin yang tidak seharusnya digunakan untuk bahan tambahan makanan (Puspasari dan Hadijanto, 2014).
Rendahnya pengetahuan masyarakat mengakibatkan semakin gencarnya peredaran makanan-makanan mengandung boraks dan formalin. Masyarakat masih memandang rendah terhadap kesehatan karena tidak peduli dengan kandungan makanan yang ia makan. Selain itu, sebagian besar orang menganggap jika untuk mengetahui adanya kandungan boraks dan formalin cukup sulit karena harus dilakukan di laboratorium. Jika, masyarakat mengetahui adanya boraks dan formalin maka diharapkan akan menurunkan peredaran makanan mengandung boraks dan formalin (Saparinto dan Hidayati, 2011).
Boraks merupakan zat kimia yang umum digunakan dalam industri sandang. Hal tersebut juga didukung oleh Peraturan Mentri Kesehatan yang telah melarang penggunaan Boraks bagi makanan. Boraks hanya boleh digunakan pada selain makanan dan selain yang berhubungan dengan makanan (gelas, piring, sendok). Beberapa diantaranya dalam pembuatan bahan material, pembuatan bahan bangunan, antiseptik, pembasmi serangga. Pengetahuan masyarakat yang kurang mengenai kesehatan dan kuranganya pengawasan mengakibatkan mereka tetap menggunakan boraks karena menurut mereka dapat meningkatkan nilai jual dan keuntungan (Tubagus et al., 2013).
Pemberitaan tentang penggunaan formalin dalam berbagai jenis produk makanan sekarang ini semakin menjadi perhatian masyarakat. Menurut penelitian, paparan formalin terhadap jaringan tubuh akan menimbulkan kerusakan seperti iritasi sampai terjadi keganasan. Pada umumnya produk pangan yang dilaporkan menggunakan formalin adalah bahan pangan segar atau makanan olahan yang mengandung kadar air tinggi, yang tidak dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama, terutama jika disimpan pada suhu ruang. Produk pangan yang sering diawetkan dengan formalin antara lain ikan segar (kadar air sekitar 80%), tahu (kadar air sekitar 85%), mie basah mentah/mie segar (kadar air sekitar 30%), atau mie basah matang (kadar air sekitar 60%) (Eddy, 2014).
Pengonsumsian boraks dan formalin tidak memperlihatkan efek secara langsung. Namun, akan terakumulasi dalam organ-organ vital seperti dalam organ hati, ginjal, otak, dan testis. Karena efeknya yang terakumulasi atau tidak secara langsung mengakibatkan masyarakat dan para produsen nakal tetap menggunakannya. Padahal pada kejadian keracunan kronis (absorpsi dalam waktu lama) akan menimbulkan diantaranya anoreksia, berat badan turun, muntah, diare, ruam kulit, alposia, anemia dan konvulsi. Dalam jumlah serta dosis tertentu, boraks bisa mengakibatkan degradasi mental, serta rusaknya saluran pencernaan, ginjal, hati dan kulit karena boraks cepat diabsorbsi oleh saluran pernapasan dan pencernaan, kulit yang luka atau membran mukosa bahkan dapat mengakibatkan kanker (Saparinto dan Hidayati, 2006).
1.2 Rumusan Masalah Kerja Praktek
Berdasarkan latar belakang didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara identifikasi formalin dan boraks yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Palembang?
2. Apakah penggunaan formalin dan boraks masih ditemukan di Pasar pada tahun 2016 dan mengalami peningkatan atau penurunan?
1.3 Tujuan Kerja Praktek
Berdasarkan latar belakang, kerja praktek ini bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui keberadaan formalin dan boraks didalam makanan beserta cara identifikasinya di Dinas Kesehatan Kota Palembang.
2. Untuk mengetahui grafik tingkat penggunaan formalin dan boraks pada makanan tahun 2016.
1.4 Manfaat Kerja Praktek
Manfaat dari kerja praktek ini antara lain:
1. Dapat membantu mahasiswa dalam menambah wawasan mengenai pengetahuan tentang sistem laboratorium yang lebih terarah sehingga mahasiswa mempunyai kemampuan yang cermat dalam membuat suatu perencanaan dan penelitian toksikologis.
2. Dapat mengetahui cara identifikasi makanan yang mengandung bahan berbahaya dan cara identifikasinya di laboratoratorium.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Boraks
Boraks atau sodium tetraborate decahydrate merupakan bahan pengawet yang dikenal masyarakat awam untuk mengawetkan kayu, antiseptik kayu dan pengontrol kecoa. Tampilan fisik boraks adalah berbentuk serbuk kristal putih. Boraks tidak memiliki bau jika dihirup menggunakan indera pencium serta tidak larut dalam alkohol. Indeks keasaman dari boraks adalah 9,5. Dapat dijumpai dalam bentuk padat dan jika larut dalam air akan menjadi natrium hidroksida dan asam borat (H3BO3). Boraks atau asam borat biasa digunakan sebagai bahan pembuat deterjen, bersifat antiseptik dan mengurangi kesadahan air. Bahan berbahaya ini haram digunakan untuk makanan (Cahyadi, 2013).
Penambahan formalin dan boraks pada makanan dilarang penggunaannya. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1168/Menkes/Per/X/1999 yang diperbaharui dari Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.722/Menkes/Per/IX/1988 (Permenkes, 2002), dan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 24/MInd/Per/5/2006,5 dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 (Permenper, 2006).
2.3 Karakteristik Makanan Mengandung Boraks
Proses pembuatan makanan industri dan termasuk makanan jajanan tradisional, masih banyak ditemukan penggunaan bahan-bahan pengawet yang dilarang. Salah satu di antaranya adalah penggunaan boraks. Bahan ini banyak digunakan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan berbagai makanan, misalnya bakso, mi basah, siomay, dan gendar. Penggunaan boraks sebagai bahan tambahan pangan selain bertujuan untuk mengawetkan makanan juga bertujuan agar makanan menjadi lebih kompak (kenyal) teksturnya dan memperbaiki penampakan. Dengan jumlah sedikit saja telah dapat memberikan pengaruh kekenyalan pada makanan sehingga menjadi lebih legit, tahan lama, dan terasa enak di mulut (Zakaria et al., 2014).
2.3 Dampak Pengonsumsian Boraks Terhadap Kesehatan
Dampak pengonsumsian Boraks menimbulkan gejala - gejala akut yakni badan terasa tidak enak, mual, nyeri hebat pada perut bagian atas, perdarahan, gastro-enteritis disertai muntah darah, diare, lemah, mengantuk, demam, dan sakit kepala. Sedangkan gejala - gejala kronis yang ditimbulkan apabila boraks tertelan adalah hilangnya nafsu makan (anorexia), turunnya berat badan, iritasi ringan disertai gangguan pencernaan, mual, muntah, diare, sakit perut, kulit ruam dan merah - merah, kulit kering di mukosa membran disertai dengan bibir pecah - pecah, lidah merah, radang selaput mata, anemia, kerusakan ginjal, kegagalan sistem sirkulasi akut dan bahkan sampai menyebabkan kematian (Rarangnu, 2013).
Kadar fatal yang dapat menyebabkan kematian pada orang dewasa
dapat terjadi dalam dosis 15-25 gram, sedangkan pada anak dosis 5-6 gram, pada konsentrasi boraks 0,15; 0,2; 0,3; dan 0,6 mg/ml limfosit menunjukkan proliferasi rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol 0,1 mg/ml konsentrasi boraks. Konsentrasi boraks dari 0,15; 0,2; 0,3; dan 0,6 mg/ml memiliki efek genotoksik untuk kromosom manusia (Pongsavee, 2009).
2.4 Metode-Metode Dalam Analisis Boraks
Berdasarkan penelitian, pengujian sampel dapat dilakukan dengan uji kandungan boraks menggunakan metode pewarnaan dengan air kunyit, dan juga dibuktikan lagi dengan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan hasil. Dalam pemeriksaan laboratorium ini menggunakan metode nyala api. Dimana apabila nyala api yang dihasilkan dalam proses pembakaran menjadi warna hijau maka sampel tersebut dinyatakan positif mengandung boraks, sedangkan jika nyala api yang dihasilkan berwarna kemerahan maka sampel tersebut tidak mengandung boraks (Kuku et al., 2012).
2.5 Pengertian Formalin
Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Formalin dikenal sebagai bahan pembunuh hama (desinfektan) dan banyak digunakan dalam industri. Nama lain dari formalin adalah Formol, Methylene aldehyde, Paraforin, Morbicid, Oxomethane, Polyoxymethylene glycols, Methanal, Formoform, Superlysoform, Formaldehyde, dan Formalith. Berat Molekul Formalin adalah 30,03 dengan Rumus Molekul HCOH. Karena kecilnya molekul ini memudahkan absorpsi dan distribusinya ke dalam sel tubuh. Gugus karbonil yang dimilikinya sangat aktif, dapat bereaksi dengan gugus –NH2 dari protein yang ada pada tubuh membentuk senyawa yang mengendap (Handayani, 2006).
2.6 Karakteristik Makanan Mengandung Formalin
Ciri–ciri visual produk ikan asin tanpa formalin yaitu: tekstur lemas, empuk dan aroma khas, warna buram / merah / alami, lama kering dan digoreng renyah, empuk, lalat mau hinggap, cepat terkena jamur / belatung, hanya tahan 1 minggu, susut kurang dari 60% dari berat awal, harga lebih murah. Ciri – ciri visual produk ikan asin berformalin yaitu : tekstur keras seperti karet & tidak beraroma, warna bagus cerah bening, cepat kering dan bila digoreng keras, lalat tidak mau hinggap, tidak ada jamur / belatung, tahan hingga berbulan-bulan, susut 60% lebih dari berat awal, harga lebih mahal (Habibah, 2013).
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa bakso yang mengandung formalin warnanya terlihat lebih putih pucat dibandingkan dengan bakso yang
tidak mengandung formalin namun jika dibelah didalamnya terlihat berwarna lebih merah. Hal ini disebakan karena senyawa formalin memiliki
kandungan zat pemutih.10 Aroma dagingnya juga tidak terlalu kuat seperti bakso yang tidak mengandung formalin dan jika bakso yang mengandung formalin
dilemparkan dia akan memantul, berbeda dengan bakso yang tidak mengandung formalin (Faradila et al., 2013).
2.7 Dampak Pengonsumsian Formalin Terhadap Kesehatan
Dampak pengonsumsian formalin menimbulkan efek akut yang terlihat sebagai iritasi, alergi, kemerahan, mata berair, mual, muntah, rasa terbakar, sakit perut dan pusing sedangkan kronik terlihat iritasi yang parah, mata berair, gangguan pada pencernaan, hati, ginjal, pankreas, sistem saraf pusat, menstruasi dan dapat menyebabkan. Mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung formalin, efek sampingnya terlihat setelah jangka panjang, karena terjadi akumulasi formalin dalam tubuh (Handayani, 2006).
2.8 Metode Analisis Kandungan Formalin dalam Makanan
Kandungan formalin dan boraks dapat diketahui dengan menggunakan uji kualitatif dan uji kuantitatif. Uji kualitatif diantaranya dengan menggunakan metode fenilhidrazina, dengan asam kromatofat, dengan larutan schiff. Sedangkan, uji kuantitatif dapat dilakukan diantaranya dengan metode asidialkalimetri, dengan metode spektrofotometri asam kromatofat, dan metode spektrofotometri larutan schiff (BPOM RI, 2004).
Uji formalin pada ikan asin gurami di pasar tradisional di Pekanbaru pada penelitian ini dilakukan dalam 2 tahapan, pertama uji formalin secara kualitatif dan kedua uji formalin secara semi kuantitatif. Sampel yang dinyatakan positif mengandung formalin melalui uji formalin secara kualitatif akan dilanjutkan dengan uji formalin secara semi kuantitatif untuk menentukan konsentrasi kandungan formalin berdasarkan formalin cair 37% (Yulisa et al., 2014).
2.5 Alasan Penggunaan Boraks dan Formalin
Berdasarkan hasil wawancara mengenai pengetahuan tentang sifat-sifat dan bahaya boraks yang dilakukan terhadap para penjual jajanan diperoleh bahwa penjual di SDN Kompleks Lariangbangi rata-rata memiliki pengetahuan tentang sifat-sifat dan bahaya boraks yang baik, meskipun berdasarkan hasil wawancara ada seorang penjual yang memiliki pengetahuan yang masih tergolong rendah. menurut pengakuannya, penjual tersebut kurang mengetahui informasi tentang boraks (Zakaria et al., 2014). Selain itu adanya penggunaan boraks dalam makanan, bisa jadi karena faktor perbedaan nama dan bahasa. Menurut Nurkholidah (2011) besarnya jumlah responden yang tidak mengetahui boraks dan bahayanya disebabkan karena faktor bahasa. Dalam istilah domestik boraks dikenal dengan nama bleng, pijer ataupun pengenyal (Suntaka et al., 2014).
BAB 3
DESKRIPSI TEMPAT KERJA PRAKTEK
3.1 Gambaran Umum Dinas Kesehatan Kota Palembang
Kota Palembang adalah ibu kota Provinsi Sumatera Selatan yag mempunyai luas wilayah 400,61 km2 dengan jumlah penduduk 1.580.517 jiwa, yang berarti setiap km2 dihuni oleh 3.945 jiwa. Kota Palembang dibelah oleh sungai musi mejadi dua daerah yaitu seberang ilir dan seberang ulu. Sungai musi ini bermuara ke selat bangka dengan jarak ± 105 km.Oleh karena itu, prilaku air laut sangat berpengaruh yang dapat dilihat adanya pasang surut antara 3-5 meter.
Kota Palembang terletak antara 2052’-305’LS dan 104037’-104052’BT merupakan daerah tropis dengan angin lembab nisbi, suhu cukup panas antara 23,4 0C- 31,7 0C dengan curah hujan terbanyak pada bula april sebanyak 338 mm, minimal pada bulan september dengan curah hujan 10 mm. Kota Palembang merupakan ibu kota kota provinsi Sumatera Selatan, yang terdiri dari enam belas kecamatan, yaitu Ilir timur I, Ilir Timur II, Ilir Barat I, Ilir Barat II, Seberang Ulu I, Seberang Ulu II, Sako, Bukit kecil, Gandus, Kemuning, Kalidoni, Plaju, Kertapati, Alang-alang lebar, dan Sematang Borang.
a. Kedudukan
Dinas Kesehatan Kota Palembang merupakan Dinas Daerah Pemerintah Kota Palembang yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 9 Tahun 2008 Tanggal 20 Agustus 2008 tentang pembentukan susunan organisasi dan tata kerja Dinas Daerah Kota Palembang dan unsur pelaksana urusan daerah di bidang kesehatan berdasarkan kewenangan yang dimiliki pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah (Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kota Palembang, 2008-2013).
b. Tugas Pokok
Berdasarkan peraturan daerah Kota Palembang Nomor 9 Tahun 2008 Tanggal 20 Agustus 2008 tentang pembentukan, susunan organisasi, dan tata kerja Dinas Daerah Kota Palembang dan peraturan Walikota Palembang Nomor 29 Tahun 2008 Tanggal 20 Agustus 2008 tentang pelaksanaan peraturan daerah Kota Palembang Nomor 9 Tahun 2008 tentang pembentukan, susunan organisasi, dan tata kerja Dinas Daerah Kota Palembang mempunyai tugas membantu Walikota Palembang dalam melaksanakan sebagian urusan pemerintah daerah berdasarkan azas otonomi dan tugas pembantuan di bidang kesehatan (RENSTRA Dinas Kesehatan Kota Palembang, 2008-2013).
c. Fungsi
Dinas Kesehatan Kota Palembang menyelenggarakan fungsi:
1. Perumusan kebijakan teknis di bidang kesehatan
2. Penyelenggaraan sebagian urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang kesehatan
3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang kesehatan
4. Pengaturan, pengawasan, dan pemberian perizinan di bidang kesehatan
5. Pelaksanaan pelayanan teknis ketatausahaan dinas
6. Penyelenggaraan monitoring dan evaluasi
7. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.
(LAKIP Dinas Kesehatan Kota Palembang, 2013).
3.2 Visi, Misi, Motto, dan Nilai Dinas Kesehatan Kota Palembang
a. Visi
Untuk menjalankan peran penting kesehatan tersebut, Dinas Kesehatan Kota Palembang memiliki Visi yaitu: “Tercapainya Palembang sehat”.
b. Misi
Dalam mencapai Visi yang telah ditetapkan, terdapat 4 (empat) Misi yang diemban dan akan dilaksanakan, yaitu :
1) Meningkatkan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat.
2) Meningkatkan profesionalitas provider.
3) Menigkatkan dan memelihara upaya pelayanan kesehatan yang bermutu prima.
4) Menurunkan resiko kesakitan dan kematian.
Dalam mempercepat tercapainya Palembang sehat dan sesuai dengan misi yang telah ditetapkan dijabarkan dalam bentuk kegiatan pembangunan kesehatan, yaitu :
Misi 1. Meningkatkan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat, kegiatannya antara lain meningkatkan kemitraan pada lintas sektor dan pemberdayaan masyarakat.
Misi 2. Meningkatkan profesionalitas sumber daya manusia, kegiatan yang akan dilaksanakan antara lain tersedianya SDM yang berkualitas dan bekerja sesuai dengan Standard of Procedure yang ditetapkan.
Misi 3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan serta sarana dan prasarana yang bermutu prima.
(LAKIP Dinas Kesehatan Kota Palembang, 2013).
c. Motto
Motto yang digunakan oleh Dinas Kesehatan Kota Palembang adalah sebagai berikut :
1) Ramalah satu langkah satu senyuman.
2) Kreatiflah, satu langkah, satu ide, langsung acetion.
3) Disiplin dimulai dari diri kita masingmasing.
4) Kerjakan sekarang, jangan ditunda.
5) Bersih cerminan dari iman.
6) Pelayanan prima merupakan bagian dari kita semua.
d. Nilai
Nilai yang berkembang dalam suatu organisasi menjadi semangat bagi anggota organisasi dalam berkarya. Nilai-nilai yang ada dan disepakati dilingkungan Dinas Kesehatan Kota Palembang adalah :
• Pengabdian
Kata pengabdian bermakna bahwa tugas pekerjaan di Dinas Kesehatan dalam upaya pembangunan kesehatan kota Palembang adalah suatu tugas pengabdian kepada masyarakat dan bangsa. Nilai pengabdian ini diharapkan menjadi landasan dalam bekerja bagi seluruh jajaran Dinas kesehatan sehingga dapat meningkatkan kinerja.
• Kebersamaan
Jajaran Dinas Kesehatan merupakan satu tim dalam melaksanakan kegiatan pembangunan kesehatan. Nilai kebersaman adalah salah satu pondasi dalam kerjasama tim. Dengan nilai kebersamaan ini diharapkan terbangun semangat saling membantu dan bahu membahu dalam melaksanakan program dan kegiatan di Dinas Keshatan Kota Palembang.
• Kerja keras
Nilai ini sangat berpengaruh pada kinerja Dinas Kesehatan Kota Palemabang. Mencapai visi Palembang sehat dengan seluruh indikatornya bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Dengan kesadaran untuk senantiasa bekerja keras untuk aparat Dinas kesehatan diharapkan setiap tahun semakin mendekatkan kita pada pencapaian visi yang dicita-citakan bersama.
• Saling percaya
Jajaran Dinas Keshatan merupakan satu tim dalam melaksanakan kegiatan pembangunan kesehatan. Selain memiliki kerja sama sebagai salah satu nilai yang penting dalam konteks kerja tim, komponen ini yang tidak kalah penting adalah saling percaya. Nilai ini dapat menumbuhkan suasana yang kondusif untuk bekerja sebagai tim yang dapat menjauhkan dari sikap saling mencurigai yang justru memecah belah tim.
3.3 Tujuan Dinas Kesehatan Kota Palembang
Sesuai dengan kesepakatan Millenium Development Goals (MDGs) bahwa pembangunan kesehatan diarahkan untuk mencapai sasaran sampai tahun 2015, namun sesuai dengan periode pemerintahan terpilih sampai dengan 2008-2013, maka tujuan pembangun kesehatan ditetapkan sampai tahun 2013, yaitu:
1. Meningkatnya umur harapan hidup dari 69,9 tahun menjadi 70,6 tahun;
2. Menurunnya angka kematian bayi dari 35 menjadi 26/1000 kelahiran hidup;
3. Menurunkan angka kematian ibu dari 307 menjadi 266/100.000 kelahiran hidup;
4. Menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita sampai dengan <5%.
3.4 Sasaran strategis Dinas Kesehatan Kota Palembang
Sasaran memberikan fokus pada penysunan program dan kegiatan sehingga harus besifat SMART, yaitu :
• S = Specific : Sasaran seharusnya jelas tentang apa, dimana, kapan, dan bagaimana situasi yang diharapkan.
• M = Measurable : Sasaran seharusnya dapat diukur dan dinilai.
• A = Achievable : Sasaran seharusnya bisa dicapai.
• R = Result : Sasaran seharusnya berorientasi hasil.
• T = Team-bold : Sasaran seharusnya dapat dicapai pada periode waktu tertentu.
BAB 4
METODE KERJA PRAKTEK
4.1 Waktu dan Tempat
Kerja Praktek ini akan dilaksanakan pada tanggal 23 Mei sampai dengan 24 Juni 2016, bertempat di Laboratorium Kesehatan Lingkungan, Dinas Kesehatan Kota Palembang.
4.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada kerja praktek ini adalah Mortar dan stemper, Glass Beker 50 ml / 100 ml, Cawan Porselen, Bunsen dan spritus, Pipet tetes, Cawan penguap, Spatula, Korek api, Asbes, Kaki tiga, Penjepit tabung. Sedangkan bahan yang digunakan dalam kerja praktek ini adalah kit formalin, kit boraks, H2SO4 pekat, Fenilhidrazina hidroklorida, kalium heksasianoferat, HCl, dan aquades.
4.3 Cara Kerja
4.3.1 Identifikasi Dengan Pengamatan Langsung di Lapangan
Diambil beberapa sampel mencurigakan di lapangan dengan mengamati tekstur, bentuk, dan warnanya. Sampe dibungkus menggunakan plastik putih dan dimasukkan ke dalam box sampel. Untuk sampel yang diduga mengandung formalin dapat dilakukan uji secara langsung dengan menggunakan kit formalin quantofic di lapangan.
4.3.1.1 Uji Formalin Menggunakan Quantofic Formaldehyde Test Kit
Diambil kira-kira 25 gram sampel di lapangan, kemudian larutkan dengan aquades secukupnya. Setelah larut, kemudian larutan sampel diambil sebanyak 5 ml dan dimasukkan ke dalam kuvet. Larutan tersebut kemudian ditambahkan 10 tetes reagen HCHO-1 dan diaduk hingga larut. Kemudian, strip quantofic test dan dicelupkan selama 1 detik kedalam larutan dan dikibaskan. Kemudian, ditunggu selama 1 menit. Warna yang terbentuk di cocokkan dengan standar warna kandungan formalin dalam acuan Quantofic test kit.
4.3.2 Identifikasi dengan Pemeriksaan Laboratorium
4.3.2.1 Uji Formalin Menggunakan Kit formalin MColortest
25 gram sampel ditimbang kemudian digerus untuk sampel yang berbentuk padat sedangkan untuk sampel dengan tekstur keras dapat dimaksimalkan penghalusan sampelnya dengan cara di blender. Setelah itu, sampel tersebut ditambahkan dengan aquadest dan diaduk hingga larut. Kemudian, diambil 5 ml larutan sampel dan dimasukkan ke kuvet. Larutan sampel diteteskan dengan reagent FO-1 10 ttetes dan kemudian ditambah reagen FO-2 1 sendok khusus dan di homogenkan. Kemudian tunggu selama 5 menit dan amati perubahan yang terjadi. Sampel dinyatakan positif jika larutan sampel mengalami perubahan warna jadi keruh dan atau terbentuk cincin ungu.
4.3.2.2 Uji Boraks Menggunakan Kit Boraks
25 gram sampel ditimbang kemudian digerus untuk sampel yang berbentuk padat. Setelah itu, sampel tersebut ditambahkan dengan aquadest dan diaduk hingga menjadi larutan. Kemudian, diambil 5 ml larutan sampel dan dimasukkan ke kuvet. Kemudian, larutan sampel tersebut ditambahkan dengan 3 tetes Reagen 1 Pereaksi Boraks dan di homogenkan. Disiapkan kertas curcumin dan dicelupkan ke larutan tersebut dan diletakkan di bawah cahaya matahari. Kemudian, diamati warna yang terbentuk dari warna kuning menjadi merah untuk meyakinkan dibandingakan dengan standar boraks yang diperlakukan sebagai sampel.
4.3.2.3 Uji Boraks dengan menggunakan pereaksi HCL pekat dan NaOH
Diambil 10 ml larutan sampel dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian, pH nya diatur menjadi asam dengan cara ditambahkan 5 tetes HCL pekat. pH diukur menggunakan kertas lakmus. Jika telah asam larutan dipipet dan diteteskan ke kertas curcumin. Kemudian, masukkan kertas curcumin tersebut ke oven dan dipanaskan selama 3 menit. Setelah 3 menit, kertas curcumin dikeluarkan dari oven dan diteteskan NaOH 10 % seukupnya. Diamati warna yang terbentuk. Jika terbentuk warna kehijauan menandakan sampel positif mengandung boraks.
4.4 Flow Chart
4.4.1 Identifikasi Dengan Pengamatan Langsung di Lapangan
Selanjutnya,
4.4.2 Identifikasi dengan Pemeriksaan Laboratorium
4.4.2.1 Uji Kualitatif Formalin menggunakan Kit formalin MColortest dan Quantofic Test Kit
4.4.2.2 Uji Boraks Menggunakan Kit Boraks Dan Dengan Menggunakan Pereaksi HCL Pekat dan NaOH
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan kerja praktek yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 5.1 Hasil Analisa Kandungan Formalin Dan Boraks pada Makanan di Pasar-Pasar Kota Palembang pada Bulan Ramadhan
No Nama Penjual Alamat Jenis Sampel Hasil Ket.
Formalin Borax
1. Cek Ema Pasar Cinde Tahu - - MS
2. Farida Pasar Soak Bato Es Delima - 0 0
3. Nining Pasar Cinde Mie Basah - - MS
4. Andri Pasar 26 Tahu + - TMS
5. Wito Pasar 26 Mie Kuning + - TMS
6. Aan Pasar 26 Mie Kuning - - MS
7. Ipul Jl. Ratna Pempek Tahu + - TMS
8. Ika Jl. Ratna Kue Pare - - MS
9. Ipan Jl. Ratna Kolang-Kaling Merah - - MS
10. Linda Jl. Ratna Tahu Sambel + - TMS
11. Desi Jl. Ratna Mie Basah (Rujak Mie) + - TMS
12. Yuliana Poligon Kue Pare - 0 0
Tahu + - TMS
13. Fitri Poligon Kue Lapis Ketan Merah - - MS
14. Saripudin Poligon Kue Agar - - MS
15. Iis Pasar Perumnas Tahu Goreng + - TMS
16. Ratna Poligon Pempek Tahu + - TMS
17. Samsuri Pasar Perumnas Cincau - - MS
18. Putra Pasar Perumnas Mie Kuning + - TMS
Tahu + - TMS
19. Apek Pasar Perumnas Tahu 0 0 0
Mie Kuning + - TMS
20. Reni Pasar Musi Cincau - - MS
21. Aris Pasar Musi Mie Kuning 0 0 0
Pempek Tahu + - TMS
22. Maimunah Pasar Musi Pempek - - MS
23. Buk Tin Pasar Musi Agar-Agar - - MS
24. Rini Pasar Bedug Resident A. A-Rozaq Lemper - - MS
25. Tika Pasar Bedug Lemabang Pempek + _ TMS
26. Nita Pasar Bedug Lemabang Mie Kuning 0 0 0
27. Amel Pasar Bedug Lemabang Kemplang - - MS
28. Sipon Pasar Bedug Lemabang Tahu + - TMS
29. Adi Pasar Bedug Lemabang Mie Kuning 0 0 0
Keterangan: TMS (tidak memenuhi syarat)
MS (memenuhi syarat)
0 (tidak dilakukan pengujian)
Berdasarkan tabel 5.1 yang menunjukkan hasil analisis kandungan formalin dan boraks pada makanan di pasar-pasar Palembang saat bulan Ramadhan ditemukan 14 sampel dari 29 sampel makanan positif mengandung formalin (48,27%), dan tidak ada satupun sampel mengandung boraks (0%). Sampel yang mengandung formalin maupun boraks dinyatakan tidak layak untuk dikonsumsi, karena formalin dan boraks bukan bahan tambahan makanan yang bersifat toksik dan telah dilarang pemerintah. Tidak ada toleransi sedikitpun untuk kadar formalin dan boraks di dalam makanan. Menurut Permenper (2006) dan Permenkes (2002), penambahan formalin dan boraks pada makanan dilarang penggunaannya. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1168/Menkes/Per/X/1999 yang diperbaharui dari Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.722/Menkes/Per/IX/1988 dan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 24/MInd/Per/5/2006,5 dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004.
Berdasarkan tabel 5.1 terlihat dari 15 penjual makanan, terdapat 7 orang menggunakan formalin dalam makanannya atau persentase penggunaan sebesar 46,67%. Ini termasuk tinggi, padahal formalin tidak seharusnya digunakan dalam makanan karena sangat berbahaya bagi kesehatan walaupun dalam jumlah sedikit. Tingginya persentase penggunaan diduga karena rendahnya pengetahuan mengenai jenis pengawet, dan nama tradisional yang berbeda sehingga masyarakat tidak mengetahui jika mereka menggunakan formalin. Menurut Suntaka et al (2014), besarnya jumlah responden yang tidak mengetahui boraks dan formalin dan bahayanya disebabkan karena faktor bahasa. Dalam istilah domestik boraks dikenal dengan nama bleng, pijer ataupun pengenyal.
Berdasarkan tabel 5.1 juga ditemukan 4 sampel yang tidak dapat diperiksa di laboratorium karena beratnya kurang dari 25 g sehingga tidak dapat dilakukan pengujian formalin maupun boraks. Kurangnya berat sampel dari ketentuan prosedur akan mempengaruhi keakuratan analisa kualitatif karena sedikitnya perubahan warna atau sedikitnya reagen yang bereaksi dapat tidak terlihat sehingga akan menyulitkan dalam menyimpulkan hasil uji. Menurut Nuryoto et al (2011), konsentrasi mewakili banyaknya zat yang bereaksi. Jumlah partikel atau zat pereaksi sangat mempengaruhi besar tumbukan dalam reaksi sehingga merupakan hal penting dalam menentukan laju reaksi. Semakin besar konsentrasi, maka semakin banyak zat yang bereaksi dan semakin besar kemungkinan terjadinya tumbukan. Jika tumbukan antara partikel semakin besar, maka kemungkinan terjadinya reaksi juga akan semakin besar. Sebaliknya, jika konsentrasi pereaksi semakin kecil, maka kemungkinan terjadinya tumbukan juga semakin kecil sehingga laju reaksi juga akan menurun.
Gambar 5.1 Cincin Dan Warna Ungu Yang Terbentuk Pada Sampel Makanan Yang Positif Mengandung Formalin (Kiri), Dan Sampel Negatif (Kanan)
Berdasarkan gambar 5.1 yang menunjukkan terbentuknya cincin berwarna keunguan pada sampel di dalam kuvet. Ini menandakan jika sampel positif mengandung formalin. Selain itu, beberapa sampel kadang memiliki warna yang dengan kepekatan yang berbeda-beda bahkan tidak terbentuk cincin. Perubahan yang terjadi tersebut sudah menandakan sampel positif mengandung formalin. Menurut
Gambar 5.2 Perbandingan Warna Pada Curcuma Strip Sebagai Blanko Dan Curcuma Strip Pada Semua Sampel
Berdasarkan gambar 5.2 yang menunjukkan perbandingan warna pada curcuma strip sebagai blanko dan curcuma strip pada semua sampel disimpulkan jika seluruh sampel negatif mengandung formalin. Penentuan sampel positif atau negatif dilakukan dengan cara membandingkan antara strip yang langsung ditetes dengan reagen dengan curcuma strip yang dicelupkan kesampel yang telah diberi reagen I boraks. Ini dilakukan agar didapatkan hasil yang lebih akurat. Menurut
5.1 Diagram Persentase Penggunaan Formalin dan Boraks di Kota Palembang 2014-2016
BAB 6
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari kerja praktek yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Tingkat penggunaan formalin di Kota Palembang pada tahun 2016 mengalami peningkatan sebesar ... dibanding tahu 2015.
2. Tidak ditemukan penjual makanan menggunakan boraks sebagai bahan tambahan makan pada bulan Ramadhan 2016.
3. Dinas kesehatan kota Palembang menggunakan quantofic test kit, dan formaldehid test kit dalam mendeteksi kandungan formalin dalam makanan.
4. Sampel makanan dinyatakan positif mengandung formalin jika sampel terbentuk cincin berwarna ungu ataupun terdapat perubahan warna menjadi agak abu-abu pada sampel.
5. Sampel dinyatakan positif mengandung boraks jika warna yang terbentuk sama atau mendekati warna kertas curcumin yang dijadikan blanko.
6.2 Saran
Dengan selesainya pembuatan laporan kerja praktek ini, saya sebagai mahasiswa praktek memiliki beberapa saran khususnya dibagian pemeriksaan sampel di lapangan supaya menggunakan quantofic test kit saja karena lebih simple, dan praktis untuk dilakukan di lapangan. Mungkin hanya itu saran dari saya, semoga saran tersebut dapat membangun terhadap Dinas Kesehatan Kota Palembang khususnya Seksi Penyehatan Lingkungan.
Tambahkan Komentar