-->

Halo !!! Saya Kang Ismet, ini adalah blog tentang AMP HTML dan cara penerapannya

BIOETIKA

Etika atau Cara Memperlakukan Hewan Baik dalam Riset Percobaan Maupun dalam Kehidupan
                                                Oleh: Isnaini Fauziyah

            Tidak dapat dipungkiri zaman yang kini kian maju ini justru bertambah, macam-macam penyakit, yang otomatis meningkatkan perkembangan dalam medis, dan obat-obat yang perlu dibuat oleh badan farmakologi. Meningkatnya kebutuhan akan medis, obat-obatan, perlu dilakukan riset-riset terlebih dahulu tentang penyakit, obat, dan penanggulangan suatu penyakit. Tentu saja dalam riset ini, diperlukan hewan percobaan untuk mengetahui efek yangakan  terjadi kepada manusia dengan menggunakan organisme yang memiliki kesamaan genetik (hampir) sehingga, dapat diketahui efeknya jika digunakan pada manusia.. Ini disebabkan karena, ketidak mungkinan untuk dilakukan langsung pada manusia karena beresiko dan dapat membahayakan kecuali bila sekalipun tanpa uji coba pada hewan percobaan, telah bisa diduga dengan wajar tentang keamanannya.
            Penggunaan hewan dalam riset percobaan maupun dalam kehidupan sudah mulai diminimalisir di berbagai negara karena beberapa peneliti menanggapi bahwa hewan-hewan yang digunakan sebagai percobaan  tidak jarang mengalami kesakitan, kecacatan, sampai kematian yang cenderung mengambil hak hewan tersebut untuk dapat hidup. Namun, walau demikian penggunaan hewan dalam riset percobaan dan kehidupan sehari-hari tidak dapat sepenuhnya dapat dihilangkan. Apalagi dalam medis yang membutuhkan hewan percobaan sebagai tempat pendeteksi efek yang akan terjadi pada manusia jika dilakukan percobaan tertentu.
  Ada beberapa cara atau etika dalam penggunaan hewan percobaan dalam riset percobaan yaitu mempertimbangkan prinsip 3R yaitu Replacement (pengganti), Reduction (pengurangan), dan Refinement (penyempurnaan).
1.   Replacement mencakup berbagai metode yang memungkinkan mencapai tujuan penelitian tanpa menggunakaan hewan percobaan. Replacement dapat secara relatif dengan menggunakan sel, jaringan atau organ dari hewan vertebrata yang dimatikan secara manusiawi, penggunaan hewan dengan tingkat yang lebih rendah atau secara absolut sama sekali tidak menggunakan hewan, yaitu dengan teknik in vitro atau simulasi program komputer.
2.       Prinsip Reduction adalah memperoleh informasi yang sebanding dengan menggunakan hewan percobaan dalam jumlah yang seminimal mungkin. Ini dilakukan agar hewan yang dibutuhkan benar-benar sesuai kebutuhan.
c.       Refinement mencakup pemilihan hewan bermutu baik, pemeliharaan yang baik sesuai karakteristik biologik, tingkah laku, dan lainya dari spesies yang digunakan, dan penggunaan metode yang mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan kesusahan sehingga meningkatkan kesejahteraan hewan percobaan  (Hastowo, 2012).

2.      Prinsip 5F pada Hewan Percobaan. Dalam pemeliharaan dan penggunaan hewan percobaan perlu diperhatikan prinsip 5 Freedom (5F) dengan rincian sebagai berikut:
a.      Freedom from hunger and thirst (bebas dari rasa lapar dan haus).
Memberikan akses makanan dan air minum yang sesuai dan memadai untuk kesehatan hewan mencakup jumlah dan komposisi nutrisi.
b.      Freedom from discomfort (bebas dari ketidaknyamanan)
Menyediakan lingkungan yang bersih dan paling sesuai dengan biologik spesies antara lain meliputi siklus cahaya, suhu, dan kelembaban lingkungan serta fasilitas fisik seperti ukuran kandang dan komposisi kelompok.
c.       Freedom from pain, injury, and disease (bebas dari rasa sakit, trauma, dan penyakit). Program kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan, dan meminimalkan/ meniadakan rasa sakit, serta pemilihan prosedur dilakukan dengan pertimbangan meminimalkan rasa sakit (non-invasive), penggunaan anestesia dan analgesia bila diperlukan, serta eutanasia dengan metode yang manusiawi dalam rangka untuk meminimalkan bahkan meniadakan penderitaan hewan.
  1. Freedom from fear and distress (bebas dari ketakutan dan stress jangka panjang) Memberikan kondisi lingkungan dan perlakuan untuk mencegah/ meminimalkan timbulnya stress (aspek husbandry, care, penelitian), memberikan masa adaptasi dan pengkondisian (misalnya training) bagi hewan terhadap prosedur penelitian, lingkungan baru, dan personil.
  2. Freedom to express natural behavior (bebas mengekspresikan tingkah laku alami). Memberikan ruang dan fasilitas untuk program pengayaan lingkungan (environmental enrichment) yang sesuai dengan karakteristik biologik dan tingkah laku species seperti food searching dan foraging, memberikan sarana untuk kontak sosial bagi species yang bersifat sosial seperti pengandangan berpasangan atau berkelompok, dan memberikan kesempatan untuk grooming, mating, bermain, dan lainnya              (Hastoyo, 2012).

Etika atau cara penggunaan hewan dalam percobaan dan sehari-hari sebenarnya sudah diatur oleh Allah S.W.T  karena hewan juga makhluk hidup dan sama-sama memilki hak untuk hidup. Pada hakikatnya etika atau cara dalam penggunaan hewan jangan membuatnya merasa sakit, jangan menyiksanya, jangan menggunakannya secara berlebihan untuk keperluan manusia, tidak memberi makan dan minum, bahkan termasuk mengurungnya tanpa ada pasangan itu juga termasuk etika atau cara yang salah dalam memperlakukan hewan.
Membunuh hewan boleh asalkan ia dibunuh tanpa merasakan sakit terlalu lama, seperti praktek Nabi saat menyembelih qurban. Memekerjakan hewan sewajarnya dan tidak melebihi kapasitas kemampuan sehingga hewan tidak sakit, merasa risih dan tidak nyaman  yang cenderung menyiksa. Dan pada perlakuan dalam percobaan yang mana pada percobaan tidak memungkinkan bagi kita untuk membunuhnya dengan pisau karena akan merusak jaringan yang ada dapat menggunakan pembius seperti kloroform, dan zat-zat analgesik yang dapat mengurangi rasa sakit. Namun, pada perlakuan diatas tidak dapat lagi dilakukan jika si hewan percobaan mengalami sakit yang hebat dan tidak dapat diantisipasi lagi, sang peneliti wajib membunuhnya. Agar sakitnya tidak berkepanjangan. Pendapat saya selaras dengan ucapan Hadi Hastowo (2012) yang mengatakan bahwa, bila hewan merasakan sakit, nyeri hebat setelah dilakukan percobaan dan tidak dapat ditanggulangi lagi, maka hewan tersebut harus dibunuh untuk mengurangi rasa sakitnya agar tidak berkepanjangan.