LEMBAR HASIL KERJA
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
Judul Praktikum : Kuantitas Mikrobia pada susu dengan uji biru metilen
Nama / NIM : Isnaini
F. / 08041181320022 Kelompok : V (LIMA)
Asisten : Lia Yulistia Tanggal
: 29 Oktober 2014.
|
|
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan praktikum ini
adalah :
Menentukan kualitas
susu dengan melihat waktu reduksi warna biru pada metilen.
II. LANDASAN TEORI
susu yang
kualitasnya tinggi salah satunya dapat dilihat dari
kualitas mikrobiologinya, susu merupakan suatu media pertumbuhan yang tepat
untuk mikroorganisme perusak yang umum. Perubahan yang tidak dikehendaki dalam
susu dipengaruhi oleh pertumbuhan mikroorganisme dan metabolisme, susu rusak
diakibatkan oleh mikroorganisme yang mampu merombak senyawa di dalam susu.
Misalnya bakteri asam laktat yang merombak laktosa menjadi basi salah satu
pengujian mikrobiologis susu adalah dengan uji biru metilen (Dwidjoseputro, 1998)
mikrobiologi susu mempelajari tentang
mikroba yang terdapat dalam susu. Pada segala kondisi waktu generasi amat
tergantung pada cukup atau tidaknya nutrient di dalam medium serta pada sesuai
atau tidaknya kondisi fisik, waktu generasi dapat ditentukan pemeriksaan
mikrobiologis langsung. Tetapi ada metode yang telah umum dan praktis yaitu
menginkulasi suatu medium dengan bakteri dalam jumlah yang diketahui, membiarkan
pada kondisi (Pelczar, 2008)..
Pengukuran
Kuantitatif mikroba sering kali digunakan di dalam berbagai mecam penelitian
mikrobiologi pada hakikatnya teradapat dua macam pengukuran dasar yaitu
penentuan tumbuh sel dan penemuan masal
sel tetapi juga bagi orangisme berfilamen, misalnya jamur pada kapang, banyak
metode pengukuran untuk membuat kurva
bakteri, namun demikian metode pengukuran tidak langsung (Irianto, 2006)
Salah
satu cara menghitung jumlah sel didalam contoh secara tidak langsung adalah
dengan dengan uji reduksi biru metilen
biasanya dilakukan terhadap susu, dan dapat memberikan perkiraan jumlah bakteri
didalam susu. Contoh lainnya yang dapat diuji dengan cara pengujian metilen
biru misalnya santan, dalam uji ditambahkan sejumlah biru metilen kedalam susu,
kemudian diamati kemampuan bakteri (Anonim, 2013).
Di
dalam proses metabolisme ada zat-zat yang masuk dan zat-zat yang disusun dan adapula
zat-zat yang dibongkar dan kemudian dikeluarkan sisa-sisanya zat yang disusun
maupun zat yang dihasilkan dalam penguraian tersebut di sebut dengan
metabolisme mengambil zat-zat makanan, maupun untuk membongkarnya, zat-zat itu
secara umum disebut secret (Dwijoseputro, 1998)
Organisme
yang tumbuh dalam susu akan menghasilkan oksigen (O2) yang ada
dikarenakan oksigen habis, terjadi oksidasi reduksi untuk kelangsungan hidup
mikroorganisme, sitrat yang merupakan metabolit mikroba berfungsi sebagai donor
hydrogen , methylen blue sebagai
akseptor hydrogen dan enzim reduktase yang diproduksi oleh mikroba merupakan
katalis (Anonim, 2013)
Istilah
pertumbuhan umum digunakan untuk bakteri dan mikroorganisme lain dan biasanya
megacu pada perubahan di dalam hasil panens sel atau pertambahan total massa
sel dan bukan perubahan individu organisme, inokulum mengandung ribuan
mikroorganisme, pertumbuhan menyatakan pertambahan jumlah dan massa melebihi
yang ada di inokulum asalnya tersebut (Suriawiria, 2005).
Metode
pengukuran secara tidak langsung dengan menggunakan alat spectrometer yang
lebih banyak digunakan karena lebih praktis dan data yang diperoleh cukup
akurat. Pada metode dua kurva dibuat diatas kertas semilog. Pertumbuhan
ditentukan oleh berdasarkan peningkatan massa sel yang diukur dengan
spectrometer (Irianto, 2006).
Pemindahan dengan pipet, cara ini
dilakukan misalnya pada penyelidikan air minum atau penyelidikan susu. Untuk
itu ambillah 1 ml contoh untuk diencerkan dengan 99 ml air murni yang
disterilisasikan. Dalam pengenceran ini tergantung dari keadaan air atau susu
yang diselidiki. Kemudian ambil 1 ml dari cairan untuk dicampur adukkan dengan
medium agar-agar yang masih dalam keadaan cair. Lalu tuang dicawan petri,
setelah membeku, disimpanlah cawan petri ditempat yang aman , misalnya didalam
inkubator (Waluyo, 2004).
Pasteurisasi
susu dan pemunahan hewan yang sakit
telah menurunkan insiden penyakit yang berasal dari susu. Penyakit yang
disebarkan melalui makanan dinamakan penyakit asal makanan. Pemindahan sebaran
melalui makanan terhadi dengan dua mekanisme, yakni mikroba yang terapat dalam
makanan menginfeksi hospes dan mikroba mengeluarkan eksotoksin dalam makanan,
kemudian menyebabkan penyakit keracunan makanan (Jawetz, 2005).
Biasanya susu diproses dengan cara
pasteurisasi, yaitu pemanasan dengan holding system atau low temperature long
time (LTLT) yakni susu dipanaskan dengan suhu 62 derajat celcius selama 30
menit atau 63 derajat celcius selama 20 menit. Dan yang selanjutnya adalah High
Temperature Short Time ( HTST), yaitu bila susu dipanaskan dengan suhu 72-75
derajat celcius selama 15 detik. Yang kedua adalah sterilisasi, biasanya dengan
kaleng pada suhu 110 derajat celcius selama 40 menit atau dengan suhu 120
derajat celcius selama 10 menit ( Anonim, 2013).
Susu dari sapi normal yang diperah
secara aseptis masih mengandung 100-1000 mikroorganisme non pathogen per mili.
Kadang-kadang terdapa mikroorganisme pathogen yang mungkin berasal dari sapi
yang sakit atau dari proses pemerahan, yaitu antara lain Mycrobacterium
tuberculosis, Salmonella, Streptococcus
corynebacterium dipterae, dan Staphylococcus. Pemindahan
sebaran melalui makanan terhadi dengan dua mekanisme, yakni mikroba yang terdapat
dalam makanan menginfeksi hospes dan mikroba mengeluarkan eksotoksin dalam
makanan, kemudian menyebabkan penyakit keracunan makanan (Jawetz, 2005).
Pengujian air susu tidak hanya
dimaksudkan untuk menentukan baik buruknya air susu, akan tetapi pengujian itu
sekali jadi juga dapat memberi keterangan tentang di mana kemungkinan
terjadinya kontaminasi di dalam urut-urutan prosedur pengusahaan.
Pengujian itu sebaiknya harus tepat dan
cepat. Menjamin kesehatan si pemakai dan tidak menghambat distribusi
(Dwijoseputro, 1994).
III. CARA KERJA
Dimasukkan 10 ml susu yang
telah dipasteurisasi atau susu mentah sebanyak 10 ml
dimasukkan 1 ml metilen blue ke dalam tabung lalu dibolak-balik secara perlahan. Inkubasi pada suhu 370 (3x)
hingga tercampur rata-rata. Di amati setiap ½ jam
untuk melihat terjadinya reduksi Reduksi sempurna jika warnah putih dan Merah pada 4/5 bagian.
V. PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum yang
telah di lakukan dapat diketahui bahwa waktu reduksi yang diperlukan pada susu pateurisasi (bear brand)
lebih cepat terjadi dibandingkan susu ysusu segar sembawa. Tujuan dari uji reduksi metilen blue untuk
mengetahui kuantitas mikroba pada susu. Hal ini diperkuat oleh Dwidjseputro (1998), bahwa uji reduksi biru metilen biasanya
dilakukan terhadap susu, dan dapat memberikan perkiraan jumlah bakteri dalam
susu.
Susu murni lebih banyak mikroba pathogen didalamnya
karena kondisi hewan yang tidak steril langsung diperah. Jika tidak di
pasteurisasi, maka susu tersebut akan menyebabkan kuman penyakit bila
dikonsumsi oleh manusia, menurut Irianto (2006), bahwa ada dua cara yang
menyebabkan infeksi pada manusia dan menimbulkan wabah, yang dapat disebabkan oleh susu diperah dari puting susu yang mengandung
mikroorganisme phatogen dan menginfeksi putting susu atau Brucella.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat
diketahui bahwa untuk menguji kandungan mikroba pada susu dengan uji metilen
blue. Semakin cepat warna biru direduksi, maka akan semakin jelek kualitas susu tersebut. Menurut Anonim (2013), bahwa uji methylen
blue termasuk suatu metode yang digunakan untuk menilai
kualitas bakteriologis susu segar atau mentah. Pewarna biru akan semakin
berkurang sebagai akibat pertumbuhan bakteri.
Susu murni yang dihasilkan oleh sapi mengandung
mikroorganisme phatogen, misalnya mycobacterium
yang dapat menjadi penyebab keracunan makan. Hal ini diperkuat oleh Staf
pengajar FK UI (1994), bahwa pada susu sapi yang diperah secara nonaseptis masih mengandung 100-1000 mikroorganisme
non phatogen per mil. Pausterisasi susu dan pemunahan hewan yang sakit telah
menurunkan insiden yang berasal dari susu.
Pengujian susu yang dilakukan dengan uji metilen
blue memiliki kelemahan yang membuat pengukuran menjadi tidak akurat dan
membutuhkan ketelitian yang lebih sehingga dapat dihasilkan pengukuran yang
lebih baik. Hal ini diperkuat oleh
Dwijoseputro (1994), bahwa metode
uji metilen blue ini tidak praktis dilakukan terhadap susu yang mengandung
jumlah bakteri yang sedikit karena dibutuhkan waktu lama untuk mereduksi warna
biru.
Mikroorganisme memiliki kemampuan untuk menyerap oksigen.
Pada uji methylen blue, hilangnya warna biru dikarenakan adanya kemampuan dari
bakteri dalam mengambil oksigen yang dihasilkan oleh methylen blue. Hal ini
senada dengan Anonim (2013), bahwa bakteri menyerap oksigen dari methylen
blue, maka dari itu warna biru akan menunjukan semakin tinggi kualitas susu.
Ada lagi penyebab yang mengakibatkan infeksi pada susu
yang diambil dari puting susu normal. Menurut Volk (1993), bahwa pengambilan
susu dikotori oleh manusia setelah pemerahan, oleh orang yang terkena infeksi,
alat-alat yang digunakan, dan faktor lainnya. Selain itu ini juga amat berbahaya apalagi jika orang yang memerah tidak
mengedepankan keaseptisan yang daat diduga dalam susu terdapat banyak sekali
bakteri.
Ketika melakukan metabolisme di dalam tubuh, maka tubuh
sangat rentan terkena bakteri penyakit. Hal ini diperkuat oleh Dwijoseputro
(1994), bahwa proses metabolisme ada zat-zat yang masuk dan zat-zat yang
disusun dan adapula zat-zat yang dibongkar dan kemudian dikeluarkan
sisa-sisanya zat yang disusun maupun zat yang dihasilkan dalam penguraian
tersebut di sebut dengan metabolisme mengambil zat-zat makanan, maupun untuk
membongkarnya, zat-zat itu secara umum disebut sekret.
Segala kondisi
waktu generasi amat tergantung pada cukup atau tidaknya nutrient di dalam
medium serta pada sesuai atau tidaknya kondisi fisik. Hal ini senada dengan Pelczar
(2008), bahwa waktu generasi dapat ditentukan pemeriksaan mikrobiologis
langsung. Tetapi ada metode yang telah umum dan praktis dengan menginkulasi suatu
medium dengan bakteri dalam jumlah yang diketahui, dan membiarkan pada kondisi
tertentu.
Praktikum
ini menggunakan perhitungan dengan manual, maka dapat dikatakan perhitungan
terjadi secara langsung. Hal ini diperkuat oleh Irianto (2006), bahwa metode
pengukuran secara tidak langsung dengan menggunakan alat spectrometer yang
lebih banyak digunakan karena lebih praktis dan data yang diperoleh cukup
akurat. Pada metode dua kurva dibuat diatas kertas semilog. Pertumbuhan
ditentukan oleh berdasarkan peningkatan massa sel yang diukur dengan
spectrometer.
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, maka didapatkan
kesimpulan sebagai berikut :
1.
Semakin
cepat waktu mereduksi maka kualitas susu akan lebih tidak layak konsumsi.
2.
methylen blue berperan untuk pengukuran kuantitas mikroba dalam susu.
3.
Susu
pasteurisi (Bear Brand) yang kami
gunakan lebih cepat berubah warna dibanding susu sembawa segar.
4.
Metode uji metilen blue ini tidak praktis
dilakukan terhadap susu yang mengandung jumlah bakteri yang sedikit karena
dibutuhkan waktu lama untuk mereduksi warna biru.
5.
Kesalahan
dalam praktikum dapat diakibatkan masalah lain atau mungkin terkontaminasi saat
melakukan pengujian sehingga dalam uji yang dilakukan tiap kelompok didapatkan
hasil yang berbeda dengan bahan yang sama.
IV. HASIL PENGAMATAN
Waktu
|
Susu murni sembawa
|
Susu bear brand
|
Awal
|
Biru pekat
|
Biru pekat
|
½ jam
|
Tetap (biru pekat)
|
Berubah (biru muda)
|
1 jam
|
Tetap (biru pekat)
|
Tetap (biru muda)
|
1 ½ jam
|
Tetap (biru pekat)
|
Tetap (biru muda)
|
2 jam
|
Tetap (biru pekat)
|
Tetap (biru muda)
|
2 ½ jam
|
Tetap (biru pekat)
|
Tetap (biru muda)
|
3 jam
|
Tetap (biru pekat)
|
Berubah (biru tua)
|
3 ½ jam
|
Tetap (biru pekat)
|
Tetap (biru tua)
|
Deskripsi Gambar
(a)
Susu Murni (b)
Susu Pasteurisasi
Tambahkan Komentar