LAPORAN
AKHIR
ACARA
5
Nama/ NIM: Isnaini F./08041181320022 Kelompok
: III (Tiga)
Asisten : Evita Susanti
Tanggal : Senin/ 7 April 2015
I.
Judul : Analisis
Mikroba pada Bahan Pangan
II.
Tujuan
Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara melakukan
analisis pangan secara mikrobiologis, dan mengetahui batas maksimum cemaran mikroba pada
berbagai jenis bahan pangan.
III.
Prinsip
Dasar
Angka lempeng total
suatu produk pangan dapat mencerminkan teknik penanganan, tingkat dekomposisi,
kesegaran dan kualitas sanitasi pangan. Di samping itu dapat untuk evaluasi
kualitas sanitasi bahan pangan yang secara praktis tidak mendorong adanya
pertumbuhan mikrobia. Khusus untuk bahan yang masih segar angka lempeng total
dapat dipakai untuk evaluasi perkiraan umur simpan. Penentuan angka lempeng
total tidak ada hubungannya dengan indikator adanya mikrobia patogen sebab sebagian besar
atau semua bakteri yang tumbuh mungkin bukan bakteri patogen (Sari, 2012).
Angka lempeng total
adalah jumlah bakteri mesofil dalam tiap 1 (satu) ml atau 1 (satu) gram sampel
makanan yang diperiksa. Uji kuantitatif mikroba
dalam produk pangan akan berfungsi sebagai acuan batasan mutu dan daya tahan
(daya simpan) produk yang telah dihasilkan. Jika ditemukan mikroba yang telah
melebihi standar, maka dapat dipastikan produk tersebut tidak akan dapat
bertahan lama. Hal tersebut dikarenakan pertumbuhan mikroba yang akan merusak
produk. Contoh sederhananya adalah produk
tempe. Dengan banyaknya kapang dan khamir dalam tempe tersebut akan
mengakibatkan tempe tidak dapat bertahan lama, mungkin hanya maksimal satu hari
setelah produksi jika tanpa ada penanganan lebih lanjut (Chitika, 2012).
METODOLOGI
PRAKTIKUM
4.1
Alat
dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah cawan
petri, pipet serologis, rak, dan tabung
reaksi sedangkan bahan yang digunakan adalah Aquades steril, medium PCA, dan
sampel produk bahan pangan (Nata de coco A dan B).
4.2. Cara
kerja
Sampel diencerkan dengan cara 1 gram sampel bahan
pangan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah diisi aquades steril 9 ml.
Selanjutnya campuran dihomogenkan dengan menggunakan vortex dan selanjutnya
dilakukan pengenceran bertingkat sesuai kebutuhan. Pada tingkat pengenceran
tertentu dilakukan platting metode Pour plate. Selanjutnya sampel yang telah diencerkan tadi
dihomogenkan dan diinkubasi pada suhu 30°C selama 2 hari.
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan
praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 5.1 Jumlah Koloni
Pada Nata De Coco Setelah Inkubasi
Kelompok
|
Jenis
Sampel
|
Ʃ
koloni (cfu/g)
|
Batas
Maksimum yang diperbolehkan (cfu/g)
|
III
(Tiga)
|
Nata de coco 10-3
(A)
Nata de coco 10-2
(A)
|
<30
(22x103)
54x103
|
1x104
1x104
|
Nata de coco 10-2
(B)
Nata de coco 10-3
(B)
|
52x102
<30
(1x103)
|
1x104
1x104
|
Tabel 5.1
menunjukkan bahwa pada produk nata de coco yang digunakan sebgai
sampel baik dan layak untuk dikonsumsi karena jumlah mikroba masih berada
dibawah batas maksimum keberadaan mikroba dalam bahan pangan. Adapun batas
maksimum yang diperbolehkan untuk Nata de coco berkisar 1x104 cfu per gram sampel. Menurut Tim SNI (2014), bahwa suatu produk dikatakan
layak konsumsi dan diperjual belikan jika memiliki nilai yang masih berada di
dalam batasan maksimum mikroba yang diperbolehkan dalam suatu produk jenis
tertentu. Adapun batas maksimum 1x104
cfu per gram sampel yang diperbolehkan untuk jenis produk Nata de
coco.
Gambar 5.1 koloni mikroba yang terbentuk pada
masing-masing cawan petri
Keterangan:
1. Cawan
petri 2. Koloni 3. Medium PCA
V.
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum
yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Kualitas
nata de coco B lebih bagus dibanding nata de coco A.
2. Kedua
produk Nata de coco layak dikonsumsi dan dipasarkan karena memiliki nilai
dibawah batas maksimum mikroba yang diperbolehkan dalam kemasan.
3. Pengenceran
tingkat 10-3 terlalu tinggi untuk kedua sampel nata de coco karena
koloni yang didapatkan kurang dari 30.
4. Suatu
produk dinyatakan tidak layak jual jika memiliki jumlah mikroba diatas batas
maksimum kandungan mikroba yang diperbolehkan.
5. Produk
yang telah kadaluarsa berbahaya untuk dikonsumsi karena ditakutkan terdapat
toksin-toksin yang diproduksi oleh mikroba yang terkandung dalam produk kemasan
tersebut.
5.2 Saran
Menurut saya
dari praktikum ini sudah cukup memuaskan. Mungkin terdapat kekurangan khususnya
pipet serologis yang kebanyak sudah rusak sehingga mempengaruhi terhadap hasil
yang didapatkan karena memungkinkan terjadinya kontaminan atau mikroba lain
yang masuk pada sampel. Saran saya pipet serologisnya ditambah lagi stoknya
agar tidak mengganggu praktikum itu sendiri.
DAFTAR
PUSTAKA
Chitika.
2012. Analisa Kualitas Bahan Pangan
Melalui Pendekatan Mikrobiologi. http://www.core.ac.uk/download/pdf/12218407.pdf. Diakses tanggal
9 April 2015.
Sari,
Ni Ketut. 2012. Analisa Kuantitatif
Mikrobiologi Pada Limbah Padat. http://www.extraordinarychemistry.com/
Analisa-Kuantitatif-Mikrobiologi-Pada-Limbah Padat.html. Diakses tanggal 9
April 2015.
Tim
SNI. 2014. Batas Maksimum Cemaran Mikroba
Dalam Bahan Pangan. http://http://sisni.bsn.go.id/index.php?/sni_main/sni/detail_sni/9806. Diakses
tanggal 9 April 2015.
Tambahkan Komentar