BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan baku pembuatan biogas sangat melimpah di sekitar kita. Beragam jenis
limbah kotoran selalu tersedia, terutama di daerah pemukiman dan sentra
peternakan. Bahan baku juga dapat diperoleh dari limbah pertanian, berupa sisa
hasil panen dan tumbuhan-tumbuhan liar. Namun, setiap bahan baku memiliki nilai
tertentu yang mesti Anda tentukan jenisnya, baik berdasarkan nilai ekonomis
maupun kemampuannya dalam menghasilkan biogas (Wahuni, 2014).
Biogas adalah gas yang mudah terbakar
(flammable) yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh
bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara). Pada
umumnya semua jenis bahan organik bisa diproses untuk menghasilkan biogas,
namun demikian hanya bahan organik (padat, cair) homogen seperti kotoran dan
urine (air kencing) hewan ternak yang cocok untuk sistem biogas sederhana
(Anonim, 2013).
Limbah peternakan.Kotoran hewan ternak, seperti sapi, kerbau, kambing, dan
ayam dapat dibuat bahan baku biogas. Satu ekor sapi 400—500 kilogram dapat menghasilkan
20—29 kilogram kotoran (Wahuni, 2014).
1.2 Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan
untuk membuat biodiesel yang berasal dari ampas kelapa dengan menggunakan
metode trans-esterifikasi in situ agar
memiliki daya guna lebih sebagai bahan bakar alternatif.
BAB
2
TINJAUAN
PUSTAKA
Pembuatan biogas dari kotoran ternak dikembangkan dengan metodologi
fermentasi anaerob. Tahapan proses dengan metode ini yang pertama adalah proses
asidifikasi, yaitu proses penguraian atau dekomposisi komponen penyusun bahan
organik menjadi asam-asam organik tanpa oksigen. Tahapan proses yang kedua
adalah proses methanasi, yaitu proses perubahan asam-asam organik menjadi
biogas. Untuk proses fermentasi anaerob ini dilakukan dalam sebuah biodigester.
Biodigester yang digunakan adalah type semi permanen yang berbentuk prisma yang
terbuat dari bahan fiber. Volume biodigester ini sebesar 9 m3.
Dengan volume sebesar ini maka diharapkan mampu menampung lebih banyak bahan
baku pembuatan biogas secara kontinue. Sehingga dapat dihasilkan hasil biogas
yang semakin banyak pula untuk kebutuhan bahan bakar genset secara kontinue.
Pembangunan sarana dan prasarana biogas Biodigester adalah reaktor tempat
berlangsungnya proses fermentasi limbah/kotoran sapi menjadi biogas (Badan
Litbang, 2015).
Di dalam reaktor biodigester ini akan terjadi penguraian bahan-bahan
organik yang terkandung dalam kotoran sapi menjadi asam-asam organik.
Selanjutnya asam-asam organik ini akan terurai secara anaerobik menjadi biogas.
Biodigester ini terbuat dari bahan fiber dengan volume 9 m3. Biodigester ini
tersusun dari pelat-pelat berbentuk persegi empat dan segitiga. Bahan pembuat
pelat tersebut terdiri dari campuran fiber dan resin yang disusun berlapi-lapis
hingga mencapai ketebalan 0,8 - 1 cm. Selanjutnya pelat-pelat tersebut ini
disusun menjadi bentuk menyerupai prisma/diamond dan ditanam/diletakkan dalam
galian tanah setinggi 1 - 1,5 m. Hal terpenting dari pembuatan biodigester ini
adalah tidak boleh ada kebocoran sedikitpun dari rangkaian pelat penyusun
biodigester tersebut. Gas holder adalah reaktor penampung biogas yang berfungsi
sebagai tempat penyimpanan biogas sebelum dialirkan melalui pipa koneksi menuju
generator ataupun kompor biogas. Gas holder ini terbuat dari bahan plastik
Polyethylene 150 s/d 200 mikron diameter 1.2 m panjang 2 - 3m (Badan Litbang,
2015).
Kegiatan pembangunan
peternakan perlu memperhatikan daya dukung dan kualitas lingkungan. Usaha
peternakan sapi yang belum terlokalisasi akan menimbulkan pencemaran terhadap
lingkungan. Pencemaran ini disebabkan oleh pengelolaan limbah yang belum
dilakukan dengan baik, tetapi kalau dikelola dengan baik, limbah tersebut akan
memberikan nilai tambah bagi usaha peternakan dan lingkungan disekitarnya
(Anonim, 2013).
Sistem usaha
peternakan dengan penerapan usaha pengelolaan limbah menjadi Biogas merupakan
salah satu upaya untuk meminimalisasi limbah ternak dan tidak mencemari
lingkungan. Sapi sebagai penghasil daging juga menghasilkan kotoran ternak yang
dapat dimanfaatkan menjadi biogas sebagai energi alternatif dengan cara
dikumpulkan dan diproses secara baik dalam skala kecil (peternak), skala
menengah (kelompok/gabungan kelompok) atau besar (wilayah dan nasional) sesuai
dengan jumlah ternaknya. Biogas dapat dimanfaatkan sebagai energi akternatif
(Anonim, 2013).
BAB
3
METODOLOGI
PRAKTIKUM
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum
ini dilaksanakan pada hari Jum’at, 13 Februari 2015 pada pukul 10.00-12.00 WIB,
bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya.
3.2 Alat dan Bahan
Alat
yang digunakan pada praktikum ini adalah reaktor transesterifikasi biodiesel,
wadah, sendok. Bahan yang digunakan adalah ampas kelapa, alkohol (metanol),
asam penetral, dan katalis (NaOH atau KOH).
3.3 Cara Kerja
Dilakukan pencampuran katalis (NaOH atau KOH) dengan alkohol
pada konsentrasi katalis antara 0.5-1wt% dan 10-20wt% alkohol terhadap bobot
minyak/ekstrak ampas kelapa (Kg), campur alkohol, katalis, dan minyak pada suhu
55⁰C lalu diaduk konstan selama 30-45 menit.
Setelah didapatkan hasil, masuk ke proses netralisasi dan
akan ditambahkan asam penetral untuk memisahkan antara biodiesel mentah dan
bagian lainnya. Biodiesel mentah tadi akan dimurnikan dan untuk membentuk
metanol (quality control) menjadi metil ester (biodiesel). Bagian lain tadi
dapat dinetralisir kembali dan dalam membentuk metanol juga akan dihasilkan
gliserin mentah, yang apabila dimurnikan akan menjadikan gliserin farmatikal.
Tambahkan Komentar