-->

Halo !!! Saya Kang Ismet, ini adalah blog tentang AMP HTML dan cara penerapannya

MIKROBIOLOGI TANAH-MIKROBA PELARUT FOSFAT PADA TANAH-MIKROBIOLOGI TERAPAN

LAPORAN AKHIR
ACARA 1
Nama/ NIM: Isnaini F./08041181320022  Kelompok: III (Tiga)
Asisten        : Evita Susanti                          Tanggal   :Senin/ 23 Februari 2015
I.              Judul     : Deteksi Mikroorganisme Pelarut Fosfat pada Tanah

II.           Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan bakteri pelarut fosfat pada berbagai jenis tanah.

III.        Prinsip Dasar
Kemampuan tiap mikroba pelarut fosfat berebeda-beda yang diidentifikasi dari waktu terbentuk dan luas holozone. MPF yang unggul akan menghasilkan diameter holozone yang paling besar dibandingkan dengan koloni lainnya. Isolasi mikroba pelarut fosfat dari tanah mangrove masih belum banyak dilakukan oleh karena dasar itulah penelitian ini dilakukan untuk melihat keberadaan mikroba pelarut fosfat pada tanah mangrove. Penggunaan sumber yang berbeda bertujuan untuk menunjukkan kemampuan MPF dalam melarutkan P. Kadar P total dalam tanah umumnya rendah dan berbeda menurut jenis tanah. Jumlah fosfat yang tersedia di tanah-tanah pertanian biasanya lebih tinggi dibandingkan dengan kadarnya pada tanah-tanah yang tidak diusahakan (Ginting et al., 2015).
            Sepuluh gram tanah yang akan diisolasi dilarutkan dalam 90 ml larutan fisiologis (larutan NaCl 0.85%), selanjutnya diencerkan secara serial sampai tingkat pengenceran 10-5 kali. Satu ml suspensi dibiakan pada agar cawan yang mengandung media yang telah diberi pewarna Congo Merah. Cawan-cawan tersebut lalu diinkubasi pada suhu 25-28°C selama 3-5 hari di dalam inkubator. Diantara koloni yang tumbuh dan menampakkan ciri-ciri morfologi khas Rhizobium seperti permukaan berlendir dengan elevasi cembung, sedikit atau tidak menyerap warna merah, dipilih koloni yang terpisah baik (Arsyad, 2007).

METODOLOGI PRAKTIKUM
4.1     Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah cawan petri, lampu bunsen, pipet serologis, rak, tabung reaksi, dan vortex. Sedangkan bahan yang digunakan adalah aquades steril, alumunium fosfat, feri fosfat, kalsium fosfat, dan medium Picovskaya’s Agar.

4.2.  Cara kerja 
Ditimbang sampel tanah seberat 0,1 gram, dan dimasukkan ke tabung reaksi yang berisi aquades steril 9,9 ml, dan kemudian dihomogenkan dengan vortex. Dan di lakukan pengenceran hingga  . Selanjutnya, diambil sampel dari  sampai  sebanyak 1ml dan dimasukkan kedalam masing-masing cawan petri. Selanjutnya, masing-masing cawan petri diberi medium picovskaya’s Agar (PA) yang masih cair (suhu sekitar 55°) secara pour plate. Selanjutnya dihomogenkan dengan cara menggerakkan cawan petri membentuk angka delapan dan diinkubasi 24 jam pada suhu 37° C .
















IV.        HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 5.1. Sampel Tanah Pinggir Jalan
Pengenceran ke-
Jumlah koloni yg positif
Hasil Seleksi dari Sumber P  berbeda
Luas Zona Bening
Ca3(PO4)2
Al(PO4)
Fe (PO4)
Bakteri
Fungi
B
F
B
F
B
F
Ca3(PO4)2
Al(PO4)
Fe(PO4)
-3
1
-
1
-
-
-
-
-
0,25
-
-
-4
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-5
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-6
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa adanya aktivitas bakteri pelarut fosfat pada tanah pinggir jalan yang terdapat pada media Ca3(PO4)2 dengan seri pengenceran 10-3. Hal ini ditunjukkan dengan terbentuknya zona bening disekitar koloni bakteri yang tumbuh. Pada gambar 5.1 menunjukkan luas zona bening yang terbentuk 0,25 cm. Menurut Arsyad (2007), suatu bakteri dikatakan dapat melarutkan fosfat jika terbentuk zona bening  disekitar koloni bakteri yang telah diisolasi pada medium picovskaya’s Agar yang digunakan.

Tabel 5.2. Sampel Tanah yang Tidak Ditumbuhi Tanaman
Pengenceran ke-
Jumlah koloni yg positif
Hasil Seleksi dari Sumber P  berbeda
Luas Zona Bening
Ca3(PO4)2
Al(PO4)
Fe (PO4)
Bakteri
Fungi
B
F
B
F
B
F
Ca3(PO4)2
Al(PO4)
Fe(PO4)
-3
9
4
9
4
-
-
-
-
0,25
-
-
-4
10
2
10
2
-
-
-
-
0,2
-
-
-5
2
-
2
-
-
-
-
-
0,35
-
-
-6
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa adanya aktivitas mikroorganisme pelarut fosfat pada tanah yang tidak ditumbuhi tanaman yang terdapat pada media Ca3(PO4)2 dengan seri pengenceran 10-3, 10-4, dan 10-5. Hal ini ditunjukkan dengan terbentuknya zona bening disekitar koloni bakteri dan fungi yang tumbuh. Luas zona bening (yang mewakili) terbentuk sebesar 0,25 cm, 02 cm, dan 0,35 cm. Menurut Ginting (2015), setelah inkubasi (48-72 jam), potensi mikroorganisme untuk melarutkan fosfat tidak tersedia secara kualitatif dicirikan oleh zona bening (halozone) disekitar koloni mikroorganisme yang tumbuh pada agar trikalsium fosfat.


                                           3             2
Gambar 5.2. Zona bening yang terbentuk pada medium Picovskaya’s Agar yang mengandung Ca3(PO4)2

Tabel 5.3. Sampel Tanah yang Ditumbuhi Tanaman
Pengenceran ke-
Jumlah koloni yg positif
Hasil Seleksi dari Sumber P  berbeda
Luas Zona Bening
Ca3(PO4)2
Al(PO4)
Fe (PO4)
Bakteri
Fungi
B
F
B
F
B
F
Ca3(PO4)2
Al(PO4)
Fe(PO4)
-3
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-4
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-5
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-6
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa tidak terdapatnya mikroorganisme pelarut fosfat pada tanah yang ditumbuhi tanaman. Dari hasil isolasi sebenarnya terdapat mikroba lain namun tidak ditemui zona bening pada koloni tersebut, koloni-koloni mikroba tersebut dapat tumbuh karena pada dasrnya medium PA mengendung nutrisi yang dapat dimanfaatkan oleh mikroba tidak terkecuali selain MPF. Menurut Ginting (2015), bentuk dan jumlah fosfat dan bahan organik yang terkandung dalam tanah berbeda-beda, maka keefektifan tiap mikroorganisme pelarut fosfat untuk melarutkan fosfat berbeda pula.


Tabel 5.4. Sampel Tanah Bakaran
Pengenceran ke-
Jumlah koloni yg positif
Hasil Seleksi dari Sumber P berbeda
Luas Zona Bening
Ca3(PO4)2
Al(PO4)
Fe(PO4)
Bakteri
Fungi
B
F
B
F
B
F
Ca3(PO4)2
  B               F
Al(PO4)
   B             F
Fe(PO4)
-3
24
-
21
-
3
-
-
-
0,75    -
0,2     -
-
-4
-
-
-
-
-
-
-
-
  -        -
  -       -
-
-5
11
3
11
3
-
-
-
-
0,15 0,55
  -       -
-
-6
-
-
-
-
-
-
-
-
  -        -
  -       -
-

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa adanya aktivitas mikroorganisme pelarut fosfat pada tanah bakaran yang terdapat pada media Ca3(PO4)2 dan Al(PO4) dengan seri pengenceran 10-3 dan 10-5. Hal ini ditunjukkan dengan terbentuknya zona bening disekitar koloni bakteri yang tumbuh. Menurut Setiawati (2008), bakteri pelarut fosfat dalam aktivitasnya menghasilkan metabolit berupa asam-asam organik yang sangat berperan dalam pelarutan fosfat.

Tabel 5.5. Sampel Tanah Merah
Pengenceran ke-
Jumlah koloni yg positif
Hasil Seleksi dari Sumber P berbeda
Luas Zona Bening
Ca3(PO4)2
Al(PO4)
Fe(PO4)
Bakteri
Fungi
B
F
B
F
B
F
Ca3(PO4)2
Al(PO4)
Fe(PO4)
-3
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-4
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-5
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-6
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa tidak terdapatnya mikroorganisme pelarut fosfat pada tanah yang ditumbuhi tanaman. Ini dapat disebabkan oleh banyak faktor termasuk tingkat keasaman tanah. Menurut Ginting (2015), pertumbuhan mikroorganisme pelarut fosfat sangat dipengaruhi oleh kemasaman tanah. Pada tanah masam, aktivitas mikroorganisme didominasi oleh kelompok fungi. Pertumbuhan kelompok bakteri optimum pada pH sekitar netral dan meningkat seiring dengan meningkatnya pH tanah.

V.      Kesimpulan dan Saran
6.1  Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1.      Prinsip dari pengenceran semakin banyak pengenceran makan semakin kecil tingkat kepadatan mikroorganismenya.
2.      Fungi hanya dapat tumbuh optimum pada pH 5-5,5 dan pertumbuhan fungi menurun dengan meningkatnya pH.
3.      Pertumbuhan koloni bakteri optimum pada pH netral dan meningkat seiring dengan naiknya pH tanah.
4.      Mekanisme pelarutan fosfat oleh MPF terjadi karena MPF  menghasilkan asam organik yang kaya dengan gugus karboksil dan hidroksil yang bermuatan negatif sehingga memungkinkan untuk membentuk senyawa kompleks stabil dengan ion logam yang bermuatan positif.
5.      Medium PA mengandung nutrisi yang baik untuk pertumbuhan Mikroorganisme, sehingga tidak hanya MPF yang dapat hidup di medium.

6.2  Saran
            Menurut saya dari praktikum ini sudah cukup memuaskan. Mungkin terdapat kekurangan khususnya pipet serologis yang kebanyak sudah rusak sehingga mempengaruhi terhadap hasil yang didapatkan karena memungkinkan terjadinya kontaminan atau mikroba lain yang masuk pada sampel. Saran saya pipet serologisnya ditambah lagi stoknya agar tidak mengganggu praktikum itu sendiri.








DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, R. H. 2007. Penggunaan Rhizobium dan Mikrob Pelarut Fosfat (MPF) Untuk Memperbaiki Pertumbuhan Bibit Akasia. Skripsi. Bogor. Institut Pertanian Bogor. 48 hlm.

Ginting, R.C.B., R. Setiawati, dan E. Husen. 2015. Mikroorganisme Pelarut Fosfat. http://balittanah.litbang.pertanian.go.id. Diakses pada tanggal 28 Februari 2015 pukul 20.30 WIB.

Setiawati, T. C. dan P. Asna Mihardja. 2008. Identifikasi dan Kuantifikasi Metabolit Bakteri Pelarut Fosfat dan Pengaruhnya terhadap Aktivitas Rhizoctonia solani pada Tanaman Kedelai. Jurnal Tanah Trop. 13(3).8:233-240 hlm.