BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelas
Aves merupakan salah satu diantara
beberapa kelas yang termasuk ke dalam filum chordata dalam kingdom animalia,
dan kingdom ini termasuk ke dalam domain eukarya. Kelas Aves (burung) berevolusi selama radiasi Reptilia yang sangat hebat pada zaman Mesozoikum. Telur amniotik
dan sisik pada kaki hanyalah dua diantara semua ciri khas Reptilia yang kita temukan pada burung. Aves memiliki karakteristik utama, diantaranya merupakan tetrapoda
berbulu yang mempunyai kaki depan yang termodifikasi menjadi sayap, pernapasan
melalui paru-paru, termasuk hewan endotermik, pembuahan internal dengan telur
amniotik bercangkang, dan memiliki penglihatan yang tajam (Campbell et al, 2003).
Burung
merupakan tetrapoda yang cepat dikenal, karena anggota kelas ini
karakter-karakternya paling homogeny
dibanding kelas-kelas lain. Tak ada satupun binatang yang memiliki bulu, selain
golongan Aves. Oleh sebab itu, tak
dapat dipungkiri dengan adanya tubuh ditutupi bulu dan memiliki kemampuan
terbang, burung bisa menempati berbagai habitat bahkan melalui migrasi dari
satu tempat ke tempat yang sangat jauh. Keindahan bulu burung, suaranya yang
merdu, perilaku-perilaku menarik lainnya, bahkan dagingnya yang banyak
dikonsumsi merupakan alasan lain golongan burung mudah dikenal dalam kehidupan
manusia (Madang, 2014).
Burung berkembang dari Reptilia. Nenek moyang burung adalah Archeopteriyx yang
merupakan kombinasi sifat reptilia dan burung dan merupakan mata rantai
perkembangan evolusi reptil dan burung yang tergambar melalui temuan fosil
zaman Jurasic di daerah Bavaria.
Beberapa ahli menilai Archeopteryx
adalah burung purba dan ada pula yang berpendapat sebagai Dinosaurus yang
berbuli, di mana bulu tersebut merupakan thermoinsulator yang diperlukan pada waktu
terbang. Ada beberapa alasan untuk menempatkan burung sebagai vertebrata
tinggi. Burung memiliki struktur tubuh dan fisiologi yang berkembang lebih baik
dari pada vertebrata lainnya termasuk mammalia (Soesilawaty, 2000).
Burung dalam evolusinya dikenal sebagai vertebrata
yang mencapai keberhasilan menggabungkan sifat bipedal dengan kemampuan untuk
terbang. Namun, kemampuan terbang pada burung secara mekanis sangat tergantung
dari keadaan bulu-bulunya. Cara memperoleh kemampuan terbang pada burung diduga
didahului adanya gerakan meluncur dari tempat ketinggian tertentu atau berlari
dengan cepat sambil membentangkan anggota gerak depan yang berbulu dan bekerja
sebagai sayap. Seiring dengan adanya perubahan perilaku ini diikuti pula dengan
terjadinya perubahan beberapa struktur seperti pada rangkanya yang menjadi
lebih ringan, bagian vertebra, gelang bahu dan panggul membentuk suatu kerangka
yang ringan (Madang, 2014).
Burung
adalah hewan vertebrata yang berdarah panas, burung memiliki bulu yang menutupi
seluruh permukaan tubuhnya. Bulu-bulu
ini juga berfungsi untuk menghangatkan tubuhnya saat kedinginan dan juga
membantu saat terbang. Bulu Aves secra embriologis bermula dari
papil dermal yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis. Dasar bulu itu
melekuk ke dalam pada tepinya sehingga terbentuk folikulus yang merupakan
lubang bulu pada kulit. Selaput epidermis sebelah luar dari kuncup bulu menanduk
dan membentuk bungkus yang halus, sedang epidermis membentuk lapisan penyusun
rusuk bulu. Aves merupakan hewan
vertebrata yang berkembang biak menghasilkan telur (Jasin, 1992).
Burung
merupakan salah satu kelas yang memiliki sayap atau kemampuan untuk terbang,
tetapi ada juga salah satu spesiesnya yang tidak dapat terbang misalnya
pingungin. Karakteristik dari hewan ini adalah bagian atau batas anggota
tubuhnya terlihat dengan jelas atau mudahuntuk dibedakan. Dilihat dari segi
makanan dan cara memperolehnya, hewan ini memiliki keanekaragaman dalam hal
makanan dan cara memperoleh makanan, ada yang memakan biji-bijian, serangga,
sampai pemakan daging, misalnya elang (Radiopoetro, 1996).
1.2 Tujuan Praktikum
Praktikum
ini bertujuan untuk mengenal ciri-ciri Aves
yang penting untuk identifikasi dan determinasi serta mengklasifikasikannya.
BAB
2
TINJAUAN
PUSTAKA
Hampir setiap bagian dari anatomi burung yang khas
termodifikasi dalam beberapa hal untuk meningkatkan kemampuan terbang.
Tulang-tulang burung memiliki struktur internal yang membuat mereka kuat namun ringan. Adaptasi lain
yang mengurangi berat burung adalah tidak adanya beberapa organ, misalnya pada
burung betina yang hanya memiliki satu ovarium. Selain itu, burung modern juga
tidak bergigi, suatu adaptasi yang mengurangi bobot kepala. Adaptasi lainnya
seperti makanan yang tidak dikunyah dalam mulut tetapi digerus di dalam empedal
(organ pencernaan yang terletak dekat lambung). Paruh burung yang terbuat dari
keratin terdapat dalam beragam bentuk yang sesuai dengan jenis makanan yang
berbeda-beda (Campbell et al, 2003).
Bulu adalah ciri khas
kelas Aves yang tidak dimiliki oleh
vertebrata lain. Hampir seluruh tubuh Aves
ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik berasal dari epidermal tubuh, yang
pada Reptil serupa dengan sisik.
Secara embriologis bulu Aves bermula
dari papil dermal yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis. Dasar bulu itu
melekuk ke dalam pada tepinya sehingga terbentuk folikulus yang merupakan
lubang bulu pada kulit. Selaput epidermis sebelah luar dari kuncup bulu
menanduk dan membentuk bungkus yang halus, sedang epidermis membentuk lapisan
penyusun rusuk bulu. Sentral kuncup bulu mempunyai bagian epidermis yang lunak
dan mengandung pembuluh darah (Jasin, 1992).
Aves
memiliki karakteristik umum, diantaranya tubuh tertutup dengan bulu. memiliki
dua pasang anggota gerak, sepasang anterior umumnya mengalami modifikasi
menjadi sayap untuk terbang, sepasang di posterior diadaptasikan untuk
berjalan, bertengger atau berenang. Kaki berjari empat, tulang kering dan cakar
terbungkus sisik dengan kulit yang menanduk. Rangka ringan, kuat, osifikasi
sempurna, beberapa tulang berfusi menimbulkan kekakuan, mulut dengan paruh yang
menonjol diselaputi zat tanduk, tidak bergigi pada burung yang hidup sekarang.
Leher umumnya panjang dan fleksibel, pelvis bersatu pada sejumlah vertebra,
tulang dada atau sternum membesar, vertebra ekor sedikit dan mampat kearah
posterior (Madang, 2014).
Saat terbang burung
memerlukan banyak sekali pengeluaran energi dari metabolisme aktif. Burung
merupakan hewan endotermik yang menggunakan panas metabolismenya sendiri untuk
mempertahankan suhu tubuh yang hangat dan konstan. Bulu dan lapisan lemak pada
beberapa spesies memberikan penyekatan yang memungkinkan unggas untuk mempertahankan panas yang dihasilkan dari metabolisme
tersebut. Sistem pernapasan yang efisien dan sebuah sistem peredaran darah
dengan sebuah jantung yang memiliki empat ruang menjaga agar jaringan tetap
mendapat suplai oksigen dan zat-zat makanan yang mencukupi, sehingga mendukung
laju metabolisme (Campbell et al,
2003).
Beberapa
karakter adaptif yang disesuaikan dengan keadaan lingkungannya. Adaptasi
tersebut ditunjukkan pada berbagai struktur dan yang memungkinkan burung dapat
terbang, diantaranya anggota gerak depan berubah menjadi struktur sayap dengan
bulu-bulu yang permukaannya luas khusus untuk terbang, otot dada sangat besar
untuk menggerakkan kedua sayap (1/5 berat seluruh tubuhnya). Tulang dada atau
sternum tempat melekat otot dada melebar dan runcing seperti lunas kapal, dan
hubungan antartulang amat kuat, terutama tempat melekat otot-otot yang
diperlukan untuk terbang. Tulang-tulang pipa berlubang hingga menjadi ringan
dan pada tulang-tulang pipa tertentu terdapat kantung-kantung udara sebagai
perluasan paru-paru (Madang, 2014).
Alat pencernaan pada
burung mulai dari mulut, kerongkongan, tembolok, lambung kelenjar, lambung
empedal, usus halus, usus besar, dan kloaka. Pada tembolok makanan disimpan
sementara. Tembolok adalah tempat penyimpanan makan dan lambung empedal sebagai
tempat penguyah, sesuai dengan fungsinya dinding lambung empedal disusun oleh
sel-sel otot yang tebal dan kuat. Di dalam hati,
empedal sering terdapat batu kecil atau pasir untuk membantu mencerna makanan
secara mekanis. Kemudian, makanan masuk menuju usus halus. Enzim yang
dihasilkan oleh pankreas dan empedu dialirkan kedalam usus halus. Hasil
pencernaan berupa sari-sari makanan diserap oleh kapiler darah pada dinding
usus halus (Soesilawaty, 2000).
Aves memiliki jantung dengan empat ruang
(dua atrium, dua ventrikel yang terpisah), hanya ada lengkung aorta kanan
(sisternik), sel darah merah berinti dengan bentuk oval dan bikonvex. Respirasi
dengan paru-paru yang kompak (tersusun rapat) dan sangat efisien melekat ke
tulang rusuk dan berhubungan dengan kantung-kantung udara yang berdinding tipis
tersebar diantara organ-organ internal dan sebagian di dalam rangka, terdapat
kotak suara (syrinx) di dasar trakea.
Ekskresi dengan ginjal metanefros dan terdapat sistem porta renalis.
Fertilisasi internal, hewan betina umumnya dengan hanya ovarium dan oviduk
sebelah kiri, telur dengan banyak yolk ditutupi oleh cangkang yang keras,
diinkubasi di luar tubuh dengan segmentasi meroblastik (Madang, 2014).
Sistem transportasi pada Aves sudah lebih sempurna dari hewan-hewan lainnya. Jantung
burung mempunyai empat ruangan yang terpisah secara sempurna. Keempat ruangan
tersebut adalah dua serambi dan dua bilik. Serambi kanan mempunyai darah yang
miskin oksigen. Setelah dialirkan ke serambi kanan darah tersebut mengalir dari
tubuh menuju paru-paru. Di paru-paru darah akan melepaskan gas karbondioksida
dan mengikat gas oksigen. Selanjutnya, darah dialirkan ke serambi kiri. Serambi
kiri menerima darah yang banyak mengandung oksigen. Melalui pembuluh darah aorta,
darah dialirkan ke seluruh bagian tubuh (Radiopoetro, 1996).
Sayap pada sebagian besar burung digunakan sebagai alat untuk terbang. Pada
burung-burung terestrial
seperti pada burung layang-layang, camar, dan elang laut, memiliki bentangan
sayap yang panjang sehingga mampu terbang dalam waktu yang lama (beberapa jam).
Tapi pada burung-burung terestrial seperti pada burung gereja, pipit, gelatik,
dll memiliki bentangan sayap yang pendek, gerakannya cepat dengan jarak tempuh
yang pendek. Selain untuk terbang, fungsi sayap pada burung-burung tertentu
juga digunakan sebagai alat pertahanan diri dan penyerangan seperti pada unggas
air besar (large waterfowl). Paruh
burung berfungsi sebagai tangan baik untuk mendapatkan pakan maupun membuat
sarang, merapikan bulu-bulunya, dan membela diri (Madang, 2014).
Aves dapat
terbang dikarenakan memiliki sayap yang bersifat aerodinamis, serta didukung
oleh beberapa adaptasi lain seperti bentuk tubuh, berat tubuh, adanya
pundi-pundi udara. Kemampuan aerodinamis ini diciptakan adanya kecepatan angin
dari arah atas dan bawah yang diatur oleh sayap Aves
agar
dapat mengangkat maupun menurunkan ketinggian terbangnya. Ini juga yang
mendasari terciptanya pesawat terbang (Radiopoetro, 1996).
BAB 3
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 25 Maret 2015 pada
pukul 08.00-10.00 WIB, bertempat di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya,
Inderalaya.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan
pada praktikum ini adalah bak preparat. Sedangkan bahan yang digunakan adalah Columba livia, Gallus domestica,
Orthotormus ruficeps, dan Turnix
susciator.
3.3
Cara Kerja
Digambar morfologi dan
deskripsikan sampel spesies. Diidentifikasi spesies dan tentukan
kalsifikasinya.
Tambahkan Komentar