LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN II
“ MORFOLOGI SPERMATOZOA ”
OLEH :
NAMA : ADITYA YULISTIO
NIM : 08111004002
KELOMPOK :
IX (SEMBILAN)
ASISTEN : NOVITA APRIYANTI
LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sperma merupakan suatu sel kecil, kompak dan sangat khas,
yang tidak bertumbuh atau membagi diri. Secara esensial ia terdiri dari kepala
yang membawa materi herediter paternal, dan ekor yang mengandung sarana
penggerak. Ia tidak memegang peranan apapun dalam fisiologi hewan yang
menghasilkan dan hanya melibatkan diri dalam pembuahan untuk membentuk individu
baru sejenis dari mana ia berasal. Sperma tidak memiliki sitoplasma yang khas
bagi kebanyakan sevolume sperma sapi. Misalnya, hanyalah kurang lebih satu per dua puluh ribu dari volume satu
ovum, namun keduanya mempunyai nilai herediter yang sama. Di lain pihak, sperma
dihasilkan dalam jumlah yang lebih banyak pada saat ejakulat sapi yang baik
mengandung 10.000 juta spermatozoa yang cukup untuk diinseminasikan kepada 1000
ekor sapi betina (Mozes 1991: 108).
Spermatid lebih kecil
dibandingkan dengan spermatosit dan terletak lebih tinggi pada epitelium. Sel
ini adalah sel bulat, sering berbentuk rusak satu sama lain menjadi poligon
dengan permukaannya yang tertutup. Nuklei tanpa gumpalan kasar heterokromatin
dan sitoplasmanya mengandung mitokondria pendek. Profil tubular dan ventrikular retikulum endoplasma, dan
kompleks Golgi utama. Tanda pertama diferensiasinya kedalam spermatozoa adalah
adanya granula akrosomal kecil terikat membran ganda trans-face kompleks golgi justaknulear. Dengan kemajuan perkembangan semuanya bersatu ke
dalam granula besar tunggal dalam vesikel akrosomal yang lebih besar. Membran
vesikel ini yang terbatas menjadi menempel pada amplop nuclear (Tambayong
1994: 694).
Sperma terbentuk
melalui serangkaian pembelahan meiosis dalam saluran sperma (spermatic tubule) yang panjang tapi
tersusun dalam kumparan yang ekstensif. Sel interstitial yang tersebar dalam
saluran testis terus-menerus mensekresikan testoteron, androgen utama pada
laki-laki. Androgen disentesis dan disekresikan pada laju yang tinggi setelah
pubertas, saat terjadinya kematangan seksual. Sperma yang dihasilkan pada laju
yang tetap dalam saluran sperma testikel disimpan dalam epididimis suatu
struktur tubular yang sangat terkumpar dan terletak diatas masing-masing
testikel. Sperma dibawa melalui rongga abdominal oleh vas deferens, sebuah
saluran panjang yang berujung di uretra yang terletak di daerah kelenjar cairan
seminal. Sperma diangkat dalam cairan yang terbentuk sepanjang saluran reproduksi laki-laki (Fried
1999: 144).
Struktur sel sperma sesuai dengan fungsinya. Pada sebagian
besar spesies, kepala yang mengandung nukleus haploid ditudungi oleh badan
khusus yaitu akrosom
(acrosome), yang mengandung enzim
yang membantu sperma menembus sel telur. Di belakang kepala sel sperma mengandung sejumlah besar mitokondria
(atau sebuah mitokondria yang besar pada beberapa spesies) yang menyediakan ATP
untuk pergerakan ekor, yang berupa sebuah flagella. Bentuk sperma mamalia
bervariasi dari spesies ke spesies, dengan kepala berbentuk koma tipis,
berbentuk oval (seperti pada sperma manusia), atau berbentuk hampir bulat. Spermatogenesis
terjadi dalam tubulus
seminiferus testis. Titik menempel awalnya menandai apeks nukleus sperma terkondensasi (Campbell 2003: 160).
Walaupun ukuran dan
bentuk spermatozoa berbeda pada berbagai jenis hewan namun struktur morfologinya
adalah sama. Panjang dan lebar kepala kira-kira 8,0 sampai 10,0 mikron kali 4,0
sampai 4,5 mikron pada sperma sapi, domba dan babi, dan 7,0 mikron kali 2,7 sampai 4,0 mikron
pada sperma kuda. Tebal kepala lebih kurang 0,5 sampai 1,5 mikron atau kurang
pada semua spesies. Badan atau bagian tengah sperma mempunyai panjang satu
setengah sampai dua kali panjang kepala, 10,0 sampai 15,0 mikron, dan diameter
sekitar 1,0 mikron pada semua spesies. Ekor spermatozoa adalah 35,0 sampai 45,0
mikron panjang dan 0,4 sampai 0,8 mikron diameter (Mozes 1991: 108).
Para
spermatozoa dikembangkan dari sel-sel germinal primitif yang telah menjadi tertanam
di testis, dan tahap-tahap perkembangan mereka sangat mirip dengan pematangan
sel telur. Sel germinal primer mengalami perpecahan dan menghasilkan jumlah sel
disebut spermatogonium, dan dari spermatosit primer tersebut berasal. Setiap
spermatosit primer membelah menjadi dua spermatosit sekunder, dan masing-masing
menjadi dua spermatosit sekunder spermatid atau spermatozoa muda
(Campbell 2003: 160).
1.2. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum ini
adalah untuk melihat gambaran morfologi spermatozoa pada mencit, katak, dan kadal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kepala spermatozoa
berbentuk oval memanjang, lebar dan datar pada satu pandangan dan sempit pada
pandangan lain dengan bagian paling tebal pada pangkal kepala yang melangsing
ke apeks yang
tipis. Kepala sperma terisi sepenuhnya dengan materi inti, kromosom, terdiri
dari DNA yang bersenyawa dengan protein. Informasi genetik yang dibawa oleh
spermatozoa diterjemahkan dan disimpan di dalam molekul DNA yang tersusun oleh
banyak nukleotida. DNA adalah materi penerjemah genetik yang sangat padat.
Setiap spermatozoon mengandung kurang lebih 2,5 milyar informasi penting untuk
membentuk foetus walaupun diperlukan 300 milyar spermatozoa untuk membentuk
satu gram DNA. Pada mammalian sifat herediter di dalam inti sperma termasuk
penentuan kelamin embrio (Mozes 1991: 110).
Cairan yang
dikeluarkan pria pada saat ejakulasi sewaktu senggama disebut cairan semen.
Volume normal cairan semen sekitar 2-5 ml. “Cairan semen ini berwarna putih
mutiara dan berbau khas langu dengan pH 7-8,” papar dr. Bowo. Nah, volume
cairan semen dianggap rendah secara abnormal jika kurang dari 1,5 ml. Volume
semen melebihi 5 ml juga dianggap abnormal. Dalam cairan semen inilah jumlah
spermatozoa merupakan penentu keberhasilan memperoleh keturunan. Yang normal,
jumlah spermatozoanya sekitar 20 juta/ ml. Pada pria ditemukan kasus spermatozoa yang
kurang (oligozoospermia) atau bahkan tak ditemukan sel sperma sama sekali
(azoospermia). Kecuali sel-sel spermatozoa, dalam cairan semen ini terdapat
zat-zat lain yang berasal dari kelenjar-kelenjar sekitar reproduksi pria
(Tambayong 1994: 695).
Sperma yang normal
berbentuk seperti kecebong. Terdiri dari kepala, tubuh, dan ekor. Kelainan
seperti kepala kecil atau tak memiliki ekor akan mempengaruhi pergerakan
sperma. Ini tentu saja akan mempersulit sel sperma mencapai sel telur. Untuk
mencapai sel telur, sel sperma harus mampu melakukan perjalanan panjang. Ini
pun menjadi penentu terjadinya pembuahan. Jumlah sel sperma yang cukup, jika tak
dibarengi pergerakan yang normal, membuat sel sperma tak akan mencapai sel
telur. Sebaliknya, kendati jumlahnya sedikit namun pergerakannya cepat, bisa
mencapai sel telur. Sperma dikatakan normal bila memiliki gerakan normal dengan
kategori a lebih besar atau sama dengan 25% atau kategori b lebih besar atau
sama dengan 50% (Fried 1999: 146).
Ekor sperma yang panjang (40 sampai
50 mikron) dapat dibagi atas 3 bagian, bagian tengah, bagian utama dan bagian
ujung, dan berasal dari sentriol spermatid selama spermiogenesis. Ia memberi gerak maju kepada spermatozoon gelombang-gelombang yang dimulai di
daerah implantasi ekor-kepala dan berjalan ke arah distal sepanjang ekor
bagaikan pukulan cemeti. Ujung anterior bagian tengah yang berhubungan dengan
kepala dikenal sebagai daerah implantasi. Pemisahan kepala dari ekor dapat
terjadi di daerah ini, satu keadaan yang ditemukan pada sapi dengan defek-defek
herediter spesifik atau apabila testes dipanasi atau jika hewan tersebut
menderita demam. Di bawah mikroskop elektro terlihat bahwa daerah implantasi
mengandung sentriol proksimal (Mozes 1991: 112).
Para
spermatozoa dikembangkan dari sel-sel germinal primitif yang telah menjadi
tertanam di testis, dan tahap-tahap perkembangan mereka sangat mirip dengan
pematangan sel telur. Sel germinal primer mengalami perpecahan dan menghasilkan
jumlah sel disebut spermatogonium, dan dari spermatosit primer tersebut
berasal. Setiap spermatosit primer membelah menjadi dua spermatosit sekunder,
dan masing-masing menjadi dua spermatosit sekunder spermatid atau spermatozoa
muda; dari ini, akan terlihat bahwa spermatosit primer memberi aliran pada
empat spermatozoa. Pada proses ini dengan membandingkan bahwa dari pematangan
ovum akan diamati bahwa spermatosit primer menimbulkan dua sel,
spermatosit sekunder, dan oosit primer untuk dua sel, oosit sekunder dan kutub
pertama badan (Campbell 2003: 160).
Spermatozoa atau sel
benih dikembangkan di testis dan hadir dalam jumlah besar dalam cairan seminal.
Masing-masing terdiri dari yang kecil tapi sangat diubah sel. Spermatozoa
manusia memiliki kepala, leher, yang menghubungkan bagian atau badan, dan ekor.
Kepala spermatozoa berbentuk oval atau elips, tetapi diratakan, sehingga bila
dilihat dalam profil ini adalah berbentuk buah pir. Dua pertiga anterior
dilindungi oleh lapisan yang dimodifikasi protoplasma, yang dinamakan
kepala-topi. Leher kurang terbatas dalam spermatozoa manusia dibandingkan pada
mereka dari beberapa hewan yang lebih rendah. Ekor yang sangat panjang, dan
terdiri dari benang atau aksial filamen, dikelilingi oleh sarungnya, yang
mungkin berisi spiral benang atau mungkin menyajikan penampilan lurik (Fried
1999: 147).
Spermatozoa merupakan
sel yang sangat terspesialisasi dan padat yang tidak lagi mengalami pembelahan
atau pertumbuhan, berasal dari gonosit yang menjadi spermatogonium, spermatosit
primer dan sekunder dan selanjutnya berubah menjadi spermatid dan
akhirnya berubah menjadi spermatozoa. Kepala spermatozoa bentuknya bulat
telur dengan ukuran panjang 5 mikron, diameter 3 mikron dan tebal 2 mikron yang
terutama dibentuk oleh nukleus berisi bahan-bahan sifat penurunan ayah. Pada
bagian anterior kepala spermatozoa terdapat akrosom, suatu struktur yang
berbentuk topi yang menutupi dua per tiga bagian anterior kepala dan mengandung
beberapa enzim hidrolitik antara lain: hyaluronidase, proakrosin,
akrosin, esterase, asam hidrolase dan Corona Penetrating Enzim
(Tambayong 1994: 695).
Bahan kandungan akrosom
adalah setengah padat yang dikelilingi oleh membran akrosom yang terdiri dari
dua lapis yaitu membran akrosom dalam (inner acrosomal membran) dan
membran akrosom luar (outer acrosomal membran). Secara molekuler
susunan kedua membran akrosom ini sangat berbeda, membran akrosom luar bersatu
dengan plasma membran (membran spermatozoa) pada waktu terjadinya reaksi
akrosom sedang membran akrosom dalam menghilang. Bagian ekuatorial akrosom
merupakan bagian penting pada spermatozoa, hal ini karena bagian anterior pada
akrosom ini yang mengawali penggabungan dengan membran oosit pada proses
fertilisasi berubah menjadi spermatid dan akhirnya berubah menjadi
spermatozoa. Spermatozoa terdiri atas dua bagian fungsional yang penting
yaitu kepala dan ekor (Campbell 2003: 161).
Permukaan sperma dibungkus
oleh suatu membran lipoprotein. Apabila sel tersebut mati, permeabilitas
membrannya meninggi terutama di daerah pangkal kepala, dan hal ini merupakan
dasar pewarnaan semen yang membedakan sperma hidup dari yang mati. Zat warna
yang umum dipakai adalah eosin atau merah Kongo terhadap latar belakang hitam
dari negrosin. Selama senses atau aging beberapa unsur merembes keluar dan
kepala-kepala sperma mempunyai tendensi untuk melekat jadi satu atau melekat pada
permukaan gelas (Mozes 1991: 110).
BAB III
METODOLOGI
PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jum’at, tanggal 22 Maret 2013, pukul 08.00 WIB sampai dengan 10.00 WIB.
Bertempat di Laboratorium Fisiologi Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah cawan petri, mikroskop, objek
gelas cekung, objek gelas datar, pipet tetes, dan scalpel. Sedangkan bahan yang
dibutuhkan adalah larutan holfreter, Mabouya multifasciata, metil alkohol, Mus musculus, pewarna gimsa, dan Rana sp.
3.3. Cara Kerja
3.3.1. Preparat Segar
spermatozoa Mus musculus dan Rana sp diambil dari testisnya.
Testis Rana sp dan Mus musculus
dipotong-potong, Kemudian masing-masing potongan dipisahkan di cawan petri dan
dicampur dengan larutan holfreter dan dimounting pada objek gelas yang cekung.
Kemudian gerak benang, bentuk, kepala, dan ekornya diperhatikan dengan jelas
dan dapat dibedakan, kemudian spermatozoa tersebut dibandingkan dari katak dan mencit.
3.3.1. Preparat Apusan
Cairan yang mengandung spermatozoa diambil
dengan menggunakan pipet tetes dan diteteskan pada objek gelas dan diratakan.
Kemudian objek tersebut dikeringkan di udara atau didekatkan pada kipas angin.
Setelah kering, objek difiksasi dengan metil alkohol selama 10 menit, dan kemudian
diwarnai dengan pewarna gimsa selama 30 menit, lalu dicuci dengan air dan
kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Kemudian bagian caput yang berinti
diperhatikan bagian ekor atau flagellum dan bagian collum atau badan yang
terdapat sentriol.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, maka didapat hasil berupa
gambar sebagai berikut :
1. Spermatozoa Rana
sp normal
Klasifikasi
:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Famili : Raniidae
Genus : Rana
Spesies : Rana sp
Nama Umum : Katak
Keterangan
:
1. Kepala
2. Badan
3. Flagel
Deskripsi :
Sel sperma normal terbentuk dari kepala, leher, bagian tengah dan ekor.
Kepala ditutup oleh tudung protoplasmik. Menurut
Nalbandov (1995: 262) menyatakan bahwa, galea kapitis ini dulu hanya ditemukan pada sperma dewasa, tetapi sekarang
diketahui bangunan ini merupakan bagian normal kepala sperma. Galea kapitis ini
biasanya terlarut bila sperma diberi pelarut lemak yang biasanya digunakan
untuk pengecatan.
2. Spermatozoa Rana
sp abnormal
Klasifikasi
:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Famili : Raniidae
Genus : Rana
Spesies : Rana sp
Nama Umum : Katak
Keterangan
:
1. Kepala
2. Badan
3. Flagel
Deskripsi :
Beberapa penyimpangan dari morfologi normal dianggap sebagai abnormalitas.
Menurut Bambang (2007: 34) menyatakan bahwa, ciri-ciri sperma abnormal Rana sp antara lain sperma dengan kepala
raksasa atau kepala kerdil, kepala rangkap, sel sperma tanpa kepala atau tanpa
ekor (seringkali disebabkan perlakuan kasar waktu membuat persediaan untuk diwarnai
atau untuk pengawetan, tetapi sering juga terlihat pada pembuatan persediaan
yang dikejakan dengan hati-hati), kepala dengan banyak ekor, ekor bengkok atau
melingkar, dan kepala-kepala protoplasmik di bagian tengah.
3. Spermatozoa Mus muculus normal
Klasifikasi
:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muriidae
Genus : Mus
Spesies : Mus musculus
Nama Umum : Mencit
Keterangan
:
1. Kepala
2. Badan
3. Flagel
Deskripsi :
Pada sperma normal Mus
musculus, kepala yang mengandung nucleus haploid
ditudungi oleh badan khusus, yaitu akrosom (acrosome).
Menurut Campbell (2000: 160)
menyatakan bahwa, yang mengandung enzim yang membantu
sperma menebus sel telur terletak dibelakang kepala, sel sperma mengandung sejumlah besar mitokondria
(atau sebuah mitokondria yang besar, pada beberapa spesies) yang menyediakan ATP untuk pergerakan
ekor, yang berupa kepala berbentuk koma tipis, berbentuk oval (seperti pada
manusia), atau berbentuk hampir bulat. Spermatogenesis terjadi dalam tubula seminiferus testis.
4. Spermatozoa Mus muculus abnormal
Klasifikasi
:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muriidae
Genus : Mus
Spesies : Mus musculus
Nama Umum : Mencit
Keterangan
:
1. Kepala
2. Badan
3. Flagel
Deskripsi :
Sperma
abnormal Mus musculus pada saat menderita sterilisasi musim panas, jantan penderita sakit demam, dan
pada jantan yang dikawinkan terlalu sering atau terlalu muda. Menurut Nalbandov
(1995: 263) menyatakan bahwa, terkadang tidak ada
penyebab yang pasti mengapa ditemukan sperma abnormal dalam ejakulat, dan cacat
tersebut dapat menjadi normal kembali dengan berlalunya waktu. Cacat-cacat sel
sperma tertentu diketahui ada yang bersifat genetic.Kepala sperma mengandung
zat inti (nukleus spermatid) yang bertugas melakukan fertilisasi ke dalam ovum.
Di depan kepala terdapat akrosom yang berasal dari badan golgi. Akrosom
mengandung hialurodinase dan protease yang berfungsi melarutkan dinding ovum.
Mitokondria mengelompok dibagian badan.
4.2.
Pembahasan
Sel sperma normal terbentuk dari kepala, leher, bagian tengah dan ekor.
Kepala ditutup oleh tudung protoplasmik. Menurut
Nalbandov (1995: 262) menyatakan bahwa, galea kapitis ini dulu hanya ditemukan pada sperma dewasa, tetapi sekarang
diketahui bangunan ini merupakan bagian normal kepala sperma. Galea kapitis ini
biasanya terlarut bila sperma diberi pelarut lemak yang biasanya digunakan
untuk pengecatan.
Sumbu
ekor (axial core) terdiri atas dua buah fibril pusat yang dikelilingi oleh 9
fibril ganda berupa sebuah cincin berganda. Cincin tersebut berjalan mulai dari
daerah implantasi sampai ke ujung ekor. Pangkal ekor merupakan bagian
spermatozoa. Sumbu pusat terdiri atas 11 fibril yang dikelilingi oleh 9 fibril
yang lebih kasar. Pangkal ekor kaya dengan plasmogen, suatu bahan yang
mengandung asam lemak. Bagian tengah ekor bertindak sebagai mesin pendorong.
Bagian ujung ekor pendek dan tidak mempunyai selubung maupun fibril pusat. Menurut
Sukra (2000: 48) menyatakan bahwa, ekor sperma berupa
silia yang terdiri dari mikrotubulus dan mengandung banyak ATP untuk energi
pergerakan ekor. Ekor spermatozoa terbagi atas tiga bagian, yaitu bagian
pangkal, tengah, dan ujung.
Bentuk kepala bervariasi tergantung spesies. Pada sapi, domba, babi, dan
kelinci berbentuk bulat telur pipih, sedangkan pada manusia berbentuk bulat.
Bila bergerak sperma berenang dalam cairan suspensinya seperti ikan berenang
dalam air. Menurut Nalbandov (1995: 262) menyatakan bahwa, hanya bila sudah mati maka sperma tampak datar dengan permukaan. Pada
unggas, kepala berbentuk silinder memanjang, pada mencit dan tikus, ujung kepal
berbentuk kait.
Perbedaan antara sperma katak (Amphibi), Manusia dan Mencit (Mamalia)
ialah terletak pada bagian ekornya atau flagel. Menurut
Prawihartono (2000: 153) menyatakan
bahwa, sperma katak memiliki flagell yang
lebih panjang dibandingkan sperma pada mamalia, karna pada saat fertilisasi,
katak mengeluarkan sperma di dalam air, sehingga sperma dapat bergerak leluasa
dalam air untuk menemukan sel telur yang juga dilepaskan di dalam air. Pada
mamalia sperma di lepaskan di dalam
vagina dan bergerak menuju sel telur atau ovum.
Beberapa penyimpangan dari morfologi normal dianggap sebagai
abnormalitas. Antara lain sperma dengan kepala raksasa atau kepala kerdil,
kepala rangkap, sel sperma tanpa kepala atau tanpa ekor (seringkali disebabkan
perlakuan kasar waktu membuat persediaan untuk diwarnai atau untuk pengawetan,
tetapi sering juga terlihat pada pembuatan persediaan yang dikejakan dengan
hati-hati), kepala dengan banyak ekor, ekor bengkok atau melingkar, dan
kepala-kepala protoplasmik di bagian tengah.
Menurut Nalbandov (1995: 263) menyatakan bahwa, pada ejakulat yang normal dapat tidak dijumpai atau jarang dijumpai abnormalitas-abnormalitas
tersebut. Bila abnnormalitas ditemukan dalam jumlah besar, fertilisasi pejantan
pemilik semen tersebut akan terganggu. Sebagai patokan.
Bila jumlah abnormal mendekati 50 persen dari total sel sperma pada
ejakulat, jantan tersebut steril-meskipun jumlah sperma yang normal pada
ejakulat, seharusnya secara teoritis jauh lebih cukup untuk memungkinkan
terjadinya fertilisasi. Pada sebagian besar spesies, kepala yang mengandung nukleus haploid ditudungi oleh badan khusus, yaitu akrosom (acrosome). Menurut Campbell (2000:
160) menyatakan bahwa, yang mengandung enzim yang
membantu sperma menebus sel telur.dibelakang kepala, sel sperma mengandung
sejumlah besar mitokondria (atau sebuah mitokondria yang besar, pada beberapa
spesies) yang menyediakan ATP untuk pergerakan
ekor, yang berupa kepala berbentuk koma tipis, berbentuk oval (seperti pada
manusia), atau berbentuk hamper bulat. Spermatogenesis terjadi dalam tubula
seminiferus testis.
Sperma
abnormal umumnya terlihat pada domba jantan yang menderita sterilisasi musim
panas, jantan penderita sakit demam, dan pada jantan yang dikawinkan terlalu
sering atau terlalu muda. Menurut Nalbandov (1995: 263) menyatakan
bahwa, terkadang tidak ada penyebab yang pasti mengapa ditemukan sperma abnormal dalam
ejakulat, dan cacat tersebut dapat menjadi normal kembali dengan berlalunya
waktu. Beberapa kecacatan sel sperma tertentu diketahui ada yang bersifat
genetic.Kepala sperma mengandung zat inti (nukleus spermatid) yang bertugas
melakukan fertilisasi ke dalam ovum. Di depan kepala terdapat akrosom yang
berasal dari badan golgi. Akrosom mengandung hialurodinase dan protease yang
berfungsi melarutkan dinding ovum. Mitokondria mengelompok dibagian badan.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
1. Gerakan sperma cenderung berliku-liku, karena
adanya gaya gerak dari flagel.
2. Kepala sperma Mus
musculus berbentuk kait dan pada Rana
sp kepala spermanya berbentuk
meruncing.
3. Proses pembentukan spermatozoa disebut spermatogenesis.
4. Ukuran sperma Rana sp lebih panjang dibandingkan pada sperma Mus
musculus.
5. Sel sperma normal terbentuk dari kepala, leher, badan
dan ekor.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang. 2007. Srtruktur dan Perkembangan Hewan.
Sahyakirti: Jakarta. VI+ 234 hlm.
Ganong, William F. 2003.
Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. EGC: Jakarta. V+ 870 hlm.
Irfanuddin. 2004. Fisiologi
Sistem Reproduksi. Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Indralaya. 62 hlm.
Nalbandov. 1995. Fisiologi Reproduksi Pada
Mamalia dan Unggas. Universitas Indonesia Press: Jakarta. VII+ 378 hlm.
Prawirohartono. 2000.
Biologi Science. Bumi Aksara: Jakarta. 176 hlm.
Rohen, Lutjen – Drecoll. 2001. Atlas Foto Anatomi Struktur
dan Fungsi Tubuh Manusia. EGC: Jakarta. 160 hlm.
Slamet, dkk. 2000. Perkembangan Hewan. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya. Indralaya. 202 hlm.
Sukra, Yuhara. 2000.
Wawasan Ilmu Pengetahuan
Embrio. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi DEPDIKNAS: Jakarta. 392 hlm.
Lampiran Gambar :
Sperma normal mencit
Sperma abnormal mencit
Sumber: http://www.popcouncil.org/images/momentum/4spermpics
Sperma Rana sp normal Sperma Rana sp abnormal
Sumber : http://blog.uin-malang.ac.id/bayyinatul/2010/06/28/sel-spermatozoa/
ABSTRAK
Praktikum yang berjudul “Tipe-tipe Telur”. Tujuan praktikum kali ini adalah untuk mengetahui tipe-tipe telur
pada vertebrata dan membandingkannya antara beberapa spesies dengan tipe telur
yang berbeda. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jum’at, tanggal 22 Maret 2013, pukul 08.00 WIB sampai dengan 10.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Fisiologi Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Sriwijaya, Indralaya. Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah cawan petri, mikroskop, objek gelas cekung, objek gelas datar, pipet tetes, dan scalpel.
Sedangkan bahan yang
dibutuhkan adalah larutan
holfreter, Mabouya multifasciata, metil alkohol,
Mus musculus, pewarna gimsa, dan Rana sp. Adapun hasil yang akan didapatkan adalah
berupa gambaran bentuk dari Spermatozoa
Rana sp dan Mus
musculus yang normal dan abnormal. Dari praktikum yang dilaksanakan dapat diambil kesimpulan berupa ukuran sperma Rana sp lebih panjang dibandingkan pada
sperma Mus musculus serta sel sperma
normal terbentuk dari kepala, leher, badan dan ekor.
Tambahkan Komentar