BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Annelida
berasal dari bahasa latin yaitu “annelus” berarti
cincin kecil-kecil dan “oidos”
berarti bentuk. Filum annelida Annelida ini memiliki ciri khas yakni
terdapat ruas-ruas yang sama sepanjang sumbu asterior posterior pada tubuhnya.
Istilah lain untuk ruas tubuh yang sama adalah metamere, somite, atau segmen. Bagian tubuh pada Annelida dibagi
dua yaitu Bagian tubuh paling anterior atau prostomium
dan bagian paling ujung posterior atau yang disebut pigidium
(Simbolon, 1999).
Annelida berasal dari
kata “Annulus” yang berarti
cincin-cincin kecil, gelang-gelang atau ruas-ruas, dan “Oidus” yang berarti bentuk. Oleh sebab itu, Annelida juga
dikenal sebagai cacing gelang. Annelida berbeda dengan kelompok hewan lain,
hewan ini mempunyai struktur tubuh yang lebih kompleks dengan karakteristik, tubuh
dibagi menjadi bagian-bagian yang bersegmen yang disebut metamer atau somiter, terdapat
rongga tubuh yang merupakan pembatas antara saluran pencernaan dengan dinding
tubuh, terdapat segmen preoral, sistem saraf terdiri dari sepasang ganglion preoral dorsal ,otak dan
sepasang korda saraf, dan kutikula tidak berkitin dan permukaan tubuh terdapat
bulu- bulu atau setae (Brotowidjojo,
1989).
Filum
Annelida mencakup berbagai jenis cacing yang mempunyai ruas-ruas sejati,
seperti nereis, cacing tanah dan lintah. Annelida berasal dari bahasa latin annelus berarti cincin
kecil-kecil dan oidos berarti bentuk, karena cacing seperti
sejumlah besar cincin kecil yang diuntai. Ciri khas filum annelida adalah tubuh
menjadi ruas-ruas yang sama sepanjang sumbu asterior posterior. Istilah lain
untuk ruas tubuh yang sama ialah metamere, somite, atau segmen. Bagian tubuh
paling anterior disebut prostomium bukan suatu ruas. Demikian pula di bagian
paling ujung posterior yang disebut pigidium, terdapat anus. Segmentasi pada
annelid tidak hanya membagi otot dinding tubuh saja, melainkan juga menyekat
rongga tubuh dengan sekatan yang disebut septum (Suwigyo, 2005).
Filum Annelida atau biasa
disebut sebagai cacing yang bersegmen-segmen
atau beruas-ruas, tubuhnya terdiri dari
sederetan segmen yang sama (metameri),
yang artinya setiap segmen tersebut mempunyai organ tubuh yang mempunyai fungsi
masing-masing sebagai alat reproduksi, otot, pembuluh darah, dan sebagainya,
yang tersendiri tetapi segmen tersebut tetap berhubungan satu sama lain dan
terkoordinasi (Rusnayah, 2011).
Filum Annelida
memiliki segmen yang tidak hanya berfungsi dalam membagi otot dinding tubuhnya
saja namun juga menyekat rongga tubuhnya atau coelom dengan sekatan yang disebut dengan septum (dalam jamak septa).
Keberadaan cacing filum Annelida ini
cukup dalam segi ekonomi walaupun keberadaannya sering menandai bahwa suatu
ekosistem sungai atau air sudah tercemar. Salah satu spesies yang berperan
ekonomi adalah cacing sutera yang sering dijadikan sebagai pakan ikan
(Simbolon, 1999).
Annelida memiliki selom
yang besar dan jelas, yang mana beberapa sistem organ seperti peredaran darah,
sistem saraf telah berkembang dengan baik. Sistem–sistem tersebut biasanya
bersifat metamerik baik seluruhnya ataupun sebagaian. Sistem perototan biasanya
diatur segmental. Hewan-hewan bersifat diesius
atau hermafrodit, walaupun pada
beberapa jenis terjadi reproduksi aseksual. Kebanyakan Annelida menghasilkan
larva yang bersilia dan disebut larva trokofor (Rusnayah, 2011).
Cacing yang termasuk phylum Annelida berbeda dengan cacing
yang lainnya, yaitu rongga tubuh, saluran pencernaan dan dinding tubuh
merupakan coelom yang sebenarnya
dilapisi oleh epidermis yang biasanya disebut peritonium. Tubuh terbagi atas ruas-ruas yang sering disebut nematori atau somit atau gelang. Pada bagian anterior terdapat ruas pae oral yang
sering disebut prostomium. Sistem
saraf terdiri atas sepasang ganglion dimana setiap ganglion dihubungkan oleh
sepasang saraf sehingga disebut sistem saraf tangga tali. Tubuh dilapisi oleh
lapisan kutikula tetapi bahannya bukan dari chitine, pada rongga tubuh terdapat sekat chitine yang disebut septum
(Jasin, 1992).
1.2
Tujuan Praktikum
Praktikum
ini bertujuan untuk mengamati dan mengenal morfologi beberapa spesies anggota
filum Annelida.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Tubuh
Annelida bersegmen bundar memanjang atau tertekan dorsoventral. Memiliki alat gerak yang berupa bulu-bulu kaku (setae) pada setiap segmen. Polychaeta
dengan tentakel pada kepalanya dan setae pada bagian tubuhnya yang menonjol ke
lateral, atau lobi lateral yang disebut parapodia..
Simetris cardiovasculare adalah
sistem tertutup, pembulu-pembulu darah membujur, dengan cabang-cabang kecil
(kapiler) pada tiap segmen (metamer), plasma darah mengandung hemoglobin (Jasin,
1992).
Respirasi dengan kulit,
atau dengan branchia. Organ ekskresi
terdiri atas sepasang nephridia pada
tiap segmen. Sistem nervosum terdiri
atas sepasang ganglia cerebrales pada
ujung dorsal otak yang berhubungan dengan berkas saraf medio-ventral yang memanjang sepanjang tubuh, dengan ganglia pada tiap segmen, terdapat juga
sel-sel tangoreceptor dan photoreceptor. Kebanyakan bersifat hemaprodit
dan berkembang secara langsung atau bersifat gonochorostik dan perkembangan
melalui stadium larva. Reproduksi dengan membentuk tunas terjadi pada beberapa
spesies (Rusnayah, 2011).
Filum Annelida terdiri atas beberapa Kelas
yaitu, Kelas Archiannelida, Kelas
Polychaeta, Kelas Myzostoma, Kelas Olighochaeta, Kelas Hirudinea.
Filum ini memiliki ciri dimana tubuh mempunyai lapisan triploblastik, dengan
mesodermnya yang merupakan lapisan selular, coelom
nya dilapisi oleh lapisan somatik dan lapisan spalannik yang semuanya merupakan
bagian dari mesoderm. Tunuhnya bulat panjang, bersegmen yang bersifat matemari,
dan ditutupi kutikula. Mulut berada pada anterior dan anus berada pada
posterior (Simbolon, 1999).
Kelas Archiannelida Anggota-anggota kelas ini
hidup di laut, struktur tubuhnya masih sederhana, tanpa setae atau paropodia.
Bersifat diesius atau hemafrodit.
Contoh Polygordius sp. Hewan ini
hidup di sepanjang pantai dan bentuknya menyerupai larva poliketa yang primitif
atau sebagai poliketa yang mengalami degenerasi. Kelas Polychaeta memiliki pertumbuh
memanjang, dapat lebih dari 30 cm, silindris (agak pipih dorsoventral) dan bersegmen.
Hidup dalam pasir atau menggali batu-batuan dipasang surut, dan aktif diwaktu
malam. Segmen akhir mempunyai 2 cirrus panjang. Contohnya Nereis sp (Rusnayah, 2011).
Anggota Kelas Myzostoma
termasuk ke dalam jenis parasit Echinodermata.
Bentuk tubuhnya seperti cakram, dengan
segmentasi yang tidak begitu jelas. Dia Mempunyai parapodia. Pada Kelas Myzostoma
Tidak ada sistem peredaran darah.
Kebanyakan anggotanya hermafrodit dan Dalam perkembangannya melalui stadium
larva trofokor. Sebagai contoh: Myzostomum
sp. Hidup sebagai ektoparasit pada kelas Echinodermata
(Jasin, 1992).
Sebagian besar anggota
kelas Oligochaeta hidup dalam air
tawar atau didarat. Oligochaeta tidak berparopodia dan mempunyai beberapa buah setae. Kepala tidak jelas. Bersifat
hermafrodit. Berbeda dengan kelas yang lain dari filum Annelida, cacing Oligochaeta tidak membentuk
larva trofokor. Contohnya: Lumbricus
terrestris (cacing tanah). Cacing ini mempunyai bentuk tubuh
memanjang, gilig, dengan segmentasi nampak jelas dari luar sebagai
lipatan-lipatan kutikula (Simbolon, 1999)
Anggota Kelas Hirudinea ini hidup parasitis atau
bahkan sebagai predator. Ditemukan dalam air tawar atau didarat. Tidak
mempunyai parapodia atau setae-setae.
Tubuhnya dengan 33 segmen ditambah lagi sebuah prostomium. Mempunyai alat
penghisap posterior atau anterior. Contohnya: Hirudo medicinalis atau nama Indonesianya lintah
(Brotowidjojo, 1989).
Cacing yang termasuk phylum Annelida berbeda dengan cacing
yang lainnya, yaitu rongga tubuh, saluran pencernaan dan dinding tubuh
merupakan caelom yang sebenarnya dilapisi oleh epidermis yang
biasanya disebut oleh peritonium. Tubuh terbagi atas ruas-ruas yang sering
disebut nematori atau somit atau gelang. Pada bagian anterior terdapat ruas pae
oral yang sering disebut prostomium. Sistem saraf terdiri atas sepasang
ganglion dimana setiap ganglion dihubungkan oleh sepasang saraf sehingga
disebut sistem saraf tangga tali. Tubuh dilapisi oleh lapisan
kutikula tetapi bahannya bukan dari chitine, pada rongga tubuh terdapat sekat chitine yang disebut septu (Jasin, 1992).
Lapisan penyusun tubuh
pada filum Annelida terdiri dari 3 lapis atau triploblastik yaitu
endoderma, mesoderma, dan ektoderma. Mesoderma akan berkembang menjadi
semacam kantong yang berisi cairan. Dinding luar kantong ini melekat pada
ektoderma yang disebut lapisan somatik, sedangkan dinding dalamnya yang melekat
pada endoderma dan disebut lapisan splanklin (Simbolon, 1999).
Alat pencernaan Anggota
Filum Annelida terdiri atas, rongga mulut, Pharinx,
Oesophagus, Crop (provenriculus), Gizzard atau ventriculus, berdinding tebal, Intestinum dan berakhir dengan anus. Usus merupakan saluran yang
silindirs tetapi dinding sebelah dorsal melekuk dalam dan disebut dengan Typhlosole. Sekitar saluran pencernaan
sebelah dorsal antara pembuluh darah terdapat sel-sel Chloragogen yang membantu
proses penghancuran makanan dan membantu alat ekskresi. Sekitar oesophagus
terdapat kelenjar Calciferous yang
menghasilkan cairan Ca yang berguna untuk menetralisir makanan. Makanan cacing
tanah terdiri atas daun-daunan, sisa-sisa tumbuhan atau hewan yang ada di dalam
tanah (Fitriani, 2015).
Sistem
saraf pada Annelida Terdiri dari sentral yang terdiri dari dua bagian, termasuk
pada bagian dorsal dan disebut otak atau ganglion suprapharyngeal. Ganglion
tersebut dihubungkan dengan sepasang alat penghubung dengan sepasang ganglion
sub pharyngeal yang terletak di bawah
pharynx. Dari bagian itulah akan
menjadi batang syaraf sepanjang tubuh dimana pada tiap-tiap ruas akan menjalar
syaraf-syaraf peripher yang terdiri
atas saraf afferent dan syaraf efferent (datang). Afferent timbul dari sel syaraf motoris, sedang saraf yang berasal
dari sel saraf pada epidermis berfungsi sebagai saraf sensoris. Sel perasa
dilengkapi dengan rambut saraf yang melewati kutikula sehingga dapat mencapai
dinia luar. Alat perasa tersebut peka terhadap sinar dan rangsangan lain
(Radiopoetro, 1989).
Annelida pada umumnya
hidup bebas di air tawar, air laut, air payau, dan darat. Annelida mudah
ditemukan di sawah, rawa, dan tanah yang mengandung sisa-sisa bahan organik (detritus). Annelida karnivor memakan
udang kecil atau invertebrata kecil lainnya, namun ada pula yang bersifat
ektoparasit dengan cara menempel sementara di tubuh hewan vertebrata dan
manusia, misalnya Hirudo
medicinalis (lintah) dan Haemadipsa atau
Pacet (Sridianti, 2014).
BAB 3
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu
dan Tempat
Praktikum ini
dilaksanakan pada hari Rabu, 18 Februari 2015 pada pukul 08.00-10.00 WIB,
bertempat di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Inderalaya.
3.2 Alat
dan Bahan
Alat yang digunakan
pada praktikum ini adalah bak preparat, dan pinset. Sedangkan bahan yang
digunakan adalah Herudo medicianalis
dan Pheretima
sp.
3.3 Cara
Kerja
Diamati cacing yang
diperoleh dari sample hati sapi, dan hati babi. Lalu dibedakan bagian-bagian tubuhnya
secara morfologi lalu hasil digambar dan diberi keterangan dan ditulis
klasifikasi dan spesiesnya.
BAB
4
HASIL
4.1.
Hirudo medicianalis
Klasifikasi:
Filum : Annelida
Klas : Hirudinea
Famili : Arhynchobdellae
Genus : Hirudo
Spesies:
Hirudo medicianalis
Keterangan:
1. Mulut
2. Posisi
taring
3. Tembolok
4. Otot
radikal
5. Sinus
dorsal
6. Usus
7. Penghisap
belakang
Deskripsi:
Anggota Kelas Hirudinea ini hidup parasitis atau
bahkan sebagai predator. Ditemukan dalam air tawar atau didarat. Tidak
mempunyai parapodia atau setae-setae. Tubuhnya terdiri atas 33
segmen dan ditambah lagi sebuah
prostomium. Anggota klas Hirudinea
ini mempunyai alat penghisap posterior dan anterior. Contohnya Hirudo medicinalis atau lintah. Hewan ini tidak memiliki
arapodium maupun setae pada segmen
tubuhnya. Panjang Hirudinea
bervariasi dari 1–30 cm. Sebagian besar Hirudinea
adalah hewan ektoparasit pada permukaan
tubuh inangnya. Inangnya adalah vertebrata bahkan termasuk manusia (Brotowidjojo, 1989).
4.2.
Pheretima sp
Klasifikasi:
Filum : Annelida
Klas : Oligochaeta
Ordo : Ophistopora
Famili : Megascolecidae
Genus : Pheretima
Spesies:
Pheretima sp
Keterangan:
1. Prostomium
2. Seminal
receptacel opening
3. Genital
opening
4. Citellium
5. Setae
Deskripsi:
Pheretima
sp. adalah nama yang umum digunakan untuk klas Oligochaeta, yang kelas dan subkelasnya tergantung dari penemunya
dalam filum Annelida. Cacing tanah jenis Pheretima
sp. segmennya mencapai 95-150 segmen. Klitelumnya terletak pada segmen 14-16.
Tubuhnya berbentuk gilik panjang dan silindris berwarna merah keunguan. Cacing
tanah merupakan makhluk yang telah hidup dengan bantuan sistem pertahanan
mereka sejak fase awal evolusi, oleh sebab itu mereka selalu dapat menghadapi
invasi mikroorganisme patogen di lingkungan mereka (Khoeruddin, 1992).
Cacing tanah memiliki
sistem pencernaan yang kurang sempurna, karena sedikitnya enzim pencernaan.
Oleh karena itu cacing tanah memerlukan bantuan bakteri untuk memecahkan bahan makanan. Aktivitas bakteri
yang kurang dalam makanannya menyebabkan cacing tanah kekurangan makanan dan akhirnya
mati (Putra, 1999).
BAB 5
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum
yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Hirudo medicianalis
termasuk filum Annelida klas Hirudinea.
2. Pheretima sp
termasuk filum Annelida klas Oligochaeta.
3. Hirudo medicianalis memiliki alat hisap yang terletak pada tiap
ujung tubuhnya.
4. Pheretima sp
memiliki tubuh yang berbentuk gilik panjang dan silindris berwarna merah
keunguan.
5. Hirudo medicianalis memiliki
sistem pencernaan yang tidak sempurna sehingga diperlukan bantuan bakteri dalam
mencerna makanannya.
Tambahkan Komentar