PROTOZOA
Ilmu taksonomi untuk
seluruh makhluk hidup pada dasarnya dikelompokkan ke dalam dua kingdom yakni
kingdom tumbuhan (kingdom plantae) dan kingdom hewan (kingdom animalia).
Pengelompokan tersebut didasarkan atas persamaan ciri-ciri atau persamaannya.
Tumbuhan mempunyai ciri-ciri tertentu, yakni mempunyai klorofil dan hewan
mempunyai ciri-ciri tersendiri pula yakni dapat bergerak (Jasin, 1992).
Protozoa adalah
organisme bersel tunggal yang dimana pada beberapa spesies mempunyai lebih dari
satu nukleus atau inti sel pada bagian atau seluruh daur hidupnya. Seperti
halnya sel pada tubuh makhluk hiduplainnya, sel protozoa juga dilapisi oleh
tiga lapisan membran yang di dalamnya terdapat ektoplasma, endoplasma, dan
nukleus (Kamal, 2015).
Protozoa berasal dari
kata protos yang berarti pertama dan zoon yang berarti hewan sehingga dapat
diartikan sebagai hewan pertama. Ukurannya antara 3-100 mikron dan merupakan
organisme mikroskopis bersifat heterotrof. Tempat hidupnya adalah tempat yang
basah yang kaya zat organic, air tawar atau air laut sebagai zooplankton,
beberapa jenis bersifat parasit dan menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan
ternak. Bentuk tubuh protozoa berbeda-beda pada fase yang berbeda dalam siklus
hidupnya (Suwigyo, 2005)
Beberapa makhluk hidup
bersel satu ada yang mempunyai ciri-ciri
tumbuhan dan ciri-ciri hewan sekaligus (mempunyai klorofil dan dapat bergerak
leluasa). Akhirnya sebagian ahli berpendapat bahwa bahwa makhluk-makhluk hidup
ini sebaiknya dikelompokkan ke dalam kingdom animalia, filum protozoa. Di dalam
uraian ini, kita mengikuti pendapat yang kedua. Protozoa kita masukkan ke dalam
kingdom animalia, kelompok avertebrata (Jasin,1992).
Protozoa merupakan
kelompok lain protista eukariotik. Kadang-kadang
antara algae dan protozoa kurang jelas
perbedaannya. Kebanyakan Protozoa hanya dapat dilihat di bawah mikroskop.
Protozoa hidup di air atau setidaknya di tempat yang basah. Mereka umumnya
hidup bebas dan terdapat di lautan, lingkungan air tawar, atau daratan (Suwigyo,
2005).
Beberapa spesies
bersifat parasitik, hidup pada organisme inang. Inang protozoa yang bersifat
parasit dapat berupa organisme sederhana seperti algae, sampai vertebrata yang
kompleks, termasuk manusia. Beberapa spesies dapat tumbuh di dalam tanah atau
pada permukaan tumbuh-tumbuhan. Protozoa adalah mikroorganisme menyerupai hewan
yang merupakan salah satu filum dari Kingdom Protista. Seluruh kegiatan
hidupnya dilakukan oleh sel itu sendiri dengan menggunakan organel-organel
antara lain membran plasma, sitoplasma, dan mitokondria (Radiopoetro, 1996).
Protozoa berasal dari
kata protos yang artinya pertama dan zoon yang berarti hewan, jadi protozoa
adalah hewan yang pertama kali di kenali. Protozoa adalah organisme yang
tersusun atas satu sel sehingga bersifat mikroskopik. Namun pada beberapa jenis
protozoa ada yang memiliki dua nukleus. Untuk lebih mempermudah mempelajarinya
ahli biologi mengelompokkannya menjadi 4 kelas berdasarkan alat
geraknya (Jasin,1992).
Protozoa memiliki alat
gerak yaitu ada yang berupa kaki semu, bulu getar (cilia), dan bulu cambuk (flagella).
Beberapa protozoa memiliki fase vegetatif yang bersifat aktif yang disebut
tropozoit dan fase dorman dalam bentuk sista. Tropozoit akan aktif mencari
makan dan bereproduksi selama kondisi memungkinkan. Jika kondisi tidak
memungkinkan kehidupan tropozoit maka protozoa akan membentuk sista. Sista
merupakan bentuk sel protozoa yang terdehidrasi dan berdinding tebal mirip
dengan endospora yang terjadi pada bakteri. Pada saat sista protozoa mampu
bertahan hidup dalam lingkungan kering atau basah. Pada umumnya berkembang biak
dengan membelah diri (Michael, 2008).
Protozoa merupakan kelompok
mahluk hidup yang bersel tunggal atau uniseluler yang bersifat heterogen.
Protozoa memiliki kurang lebih 50.000 Spesies yang telah diketahui namanya, dan
20.000 spesies lain telah berubah fosil. Ribuan spesies yang telah behasil dideskripsikan
sebagai mahluk hidup sebagian bebas dan sebagian lainya hidup secara parasit
pada hewan lain, terutama hewan tingkat tinggi. Jumlah hewan protozoa dalam suatu
tempat sering sangat menakjubkan, misalnya dalam suatu kolam dapat mencapai
suatu jutaan hewan, bahkan milyaran tergantung kondisi kolam atau tempat
tersebut. Biasanya semakin tinggi bahan organiknya, semakin banyak populasi
protozoa (Jasin, 1992).
Protozoa
berukuran mikroskopik, hanya sedikit yang dapat dilihat dengan mata telanjang.
Beberapa flagelata berisi klorofil dan sering dianggap oleh beberapa orang
sebagai algae padahal ia termasuk kedalam kingdom animalia. Banyak spesies
protozoa yang tidak berwarna, berbeda dari yang hijau karena tidak mempunyai
kromator, namun kehilangan kromator itu dapat dibuat secara eksperimental
(Radiopoetro, 1996).
Protozoa bernapas atau
respirasi dengan cara mengambil oksigen
dalam air atau udara bebas melalui membran sel nya dan melepaskan karbon
dioksida hasil respirasi keluar melalui membran sel. Protozoa juga bereproduksi dengan cara
membelah dirinya menjadi dua atau serig disebut sebagai fisi. Protozoa walaupun
kecil juga memiliki sistem pencernaan, yangmana
protozoa memiliki kantung yang disebut vakuola yang digunakannya sebagai
penerima dan pembuang air berlebih dalam selnya (Suwigyo, 2005).
Protozoa secara mutlak
memerlukan lingkungan yang basah, misalnya dalam air tawar, maupan di air
garam. Tiap – tiap spesies mempunyai peranan dalam struktur trofik atau siklus
energi. Beberapa protozoa yang berflagel yang mengandung klorofil dapat
mefikasikan dan menyimpan energy dari matahari dalam bentuk bahan makanan.
Tetapi sebagian besar protozoa sebagai konsumen dari bahan makanan mahluk hidup
linya daik sebagai konsumen primer, sekunder pada hewan herbivore atau
karnivora. Protozoa yang hidup di air sebagian akan membentuk plankton misalnya
Phitomastigophera (Jasin, 1992).
Protozoa sebagai hewan uniseluler yang hidup
bebas di alam kadang bersifat parasit dan beberapa diantaranya bersimbiosis
dengan mahluk hidup lain. Pencernaan secara intraseluler di dalam vakuola
makanan. Alat gerak berupa pseudopodium, cilia, atau flagella pengambilan
makanan secara holozik, saprozoik dan holophitik. Umumnya berkembang biak
melalui pembelahan sel dan konjugasi. Alat gerak berupa kaki semu, flagel dan
silia. Protozoa berdasarkan Alat geraknya terdiri dari empat kelas yaitu, Mastigopora, Rhizopoda, Sporozoa, dan Ciliata
(Radiopoetro, 1996).
Protozoa memimilki
tonjolan-tonjolan pada tubuhnya. Penonjolan yang bersifat tetap dibagi menjadi
dua tipe yaitu, Penonjolan–penonjolan yang berbentuk seperti campuk (flagellum) yang berjumlah satu atau dua
buah dan berfungsi sebagai alat gerak, dan penonjolan-penonjolan protoplasma
yang berbentuk sedemikian rupa sehingga menyerupai benang- benang halus atau
cilium yang terdapat pada seluruh permukaan tubuh. Protozoa hidup pada semua
habitat yang memungkinkan hewan itu hidup, dan hubungan hewan itu dengan alam
sekitarnya memungkinkan kita mempelajari ekologinya (Lahay, 2007).
Berdasarkan struktur
dan alat gerak atau berdasarkan fase yang dominan selama siklus hidupnya,
protozoa dapat dibedakan atas Klas, Sarcodina
atau Rhizopoda, Mastigophora atau Flagellata, Sporozoa, dan Ciliata atau Infuzoria. Tiap-tiap spesies mempunyai peranan dalam struktur
tropik, atau siklus energi. Beberapa protozoa yang berflagella yang mengandung
klorofil dapat menfiksasi dan menyimpan energi dari matahari dalam bentuk bahan
makanan, tetapi sebagian besar protozoa bertindak sebagai konsumen bahan makanan
dari makhluk hidup lain, pada hewan herbivore atau karnivora. Protozoa yang
hidup dalam air sebagian akan membentuk plankton (phytoplankton) misalnya Phytomastigogophorea
(Jasin, 2009).
Protozoa merupakan organisme
uniseluler, hidup bebas atau parasit, beberapa diantaranya bersimbiosis dengan
makhluk hidup lainnya. pencernaan secara intraseluler di dalam vakuola makanan.
Pengambilan makanan secara holozoik, saprozoik, dan holofitik. Protozoa hidup
pada semua habitat yang memungkinkan hewan itu hidup, dan Protozoa secara mutlak
memerlukan lingkungan yang basah, misalnnya dalam air baik air tawar, maupun
air bergaram atau dalam tanah yang basah sampai kedalaman kurang lebih 20 cm (Rusyana, 2011).
Sitoplasma protozoa
sebagian besar tidak berwarna, tetapi beberapa spesies yang lebih kecil,
misalnya stentor coerelus berwarna biru, dan blepharusma lateritia berwarna
merah, merah mudah. Dua bagian sitoplsma biasanya dibedakan atas bagian
pinggiran yang disebut ektoplasma dan bagian sentral yang lebih padat dan bergranula
disebut endoplasma (Jasin, 2009).
Mulai tahun 1980, oleh Commitee on Systematics and Evolution of the
Society of Protozoologist, mengklasifikasikan protozoa menjadi 7 kelas
baru, yaitu Sarcomastigophora,
Ciliophora, Acetospora, Apicomplexa, Microspora, Myxospora, dan
Labyrinthomorpha. Pada klasifikasi yang baru ini, Sarcodina dan
Mastigophora digabung menjadi satu kelompok Sarcomastigophora,
dan Sporozoa karena anggotanya sangat
beragam, maka dipecah menjadi lima kelas (Rusyana, 2011).
Protozoa yang termasuk
kelas Sarcomastigophora adalah genera Monosiga,
Bodo, Leishmania, Trypanosoma, Giardia, Opalina, Amoeba, Entamoeba, dan
Difflugia. Anggota kelompok Ciliophora antara lain genera Didinium, Tetrahymena, Paramaecium, dan
Stentor. Contoh protozoa kelompok Acetospora adalah genera Paramyxa. Apicomplexa beranggotakan genera Eimeria, Toxoplasma,
Babesia, Theileria. Genera Metchnikovella termasuk kelompok Microspora.
Genera Myxidium dan Kudoa adalah contoh anggota kelompok Myxospora (Suwigyo, 2005).
Tambahkan Komentar